Find Us On Social Media :

Alarm Ketiga Pemanasan Global

By Gloria Samantha, Rabu, 1 Februari 2017 | 12:00 WIB

Pemanasan Global Semakin Mengancam!

Intisari-Online.com - Para ilmuwan Amerika lagi-lagi menyatakan, 2016 sebagai tahun terpanas Bumi. Delapan dari 12 bulan dalam setahun lalu mencatat rekor temperatur terpanas, berdasarkan data dari NASA dan NOAA. Inilah alarm ketiga pemanasan global bagi kita.

(Tahun 2016 Tercatat Sebagai Tahun Dengan Suhu Terpanas)

Kecemasan timbul: Ini merupakan kali ketiga berturut-turut selalu dengan rekor baru terpecahkan. Sebelumnya, 2015 mencapai rekor, sebelumnya lagi 2014. Dan dari peringkat 16 besar untuk tahun terpanas, 15 di antaranya didominasi tahun 2001-2016.

Jadi sudah tiga tahun terakhir suhu global mengalami kenaikan. Belum lagi diiringi kenaikan jumlah karbon serta gas metana ke rekor baru. Apa artinya?

Kalau kita tengarai lebih jauh, temuan NOAA ini mencatat suhu global sepanjang 2016 merupakan yang terpanas sejak pencatatan rekor dimulai (pada tahun 1880). Suhu global rata-rata naik 0,94 derajat Celcius dari suhu rata-rata pada abad ke-20 yang lalu, yang berada di angka 13,9 derajat Celcius. Walaupun angkanya kecil, tapi bermakna sangat besar. Pasalnya, permukaan Bumi luasnya sekitar 200 juta kilometer persegi—terdiri atas daratan dan samudera. Di seluruh permukaan itu, sekarang, suhu sudah lebih panas hingga hampir 1 derajat dibanding abad lalu. 

"Pemanasan dalam jangka panjang ibarat menaiki eskalator. Bila dibiarkan dari waktu ke waktu, makin lama naik makin tinggi," ujar Deke Arndt, seorang ilmuwan NOAA.

Senada dengannya, Gerald Meehl, ilmuwan senior National Center for Atmospheric Research mengatakan, tren memperlihatkan pemanasan global akan berlangsung jangka panjang sampai beberapa dekade ke depan. "Ini tak terhindarkan karena konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat terus," katanya.

Petteri Taalas, Sekjen World Meteorological Organization, mengatakan tahun 2016 lalu iklim global sangat ekstrem dengan gletser Greenland mengalami pencairan lebih awal daripada normal dan laju lebih cepat, es di Kutub Utara juga berada di rekor terendah baik pada awal periode pencairan di bulan Maret dan juga saat akhir di bulan Oktober dan November yang seharusnya membeku kembali.

(Catatan Terbaru Menunjukkan 2016 memiliki Musim Dingin Terpanas di Sepanjang Sejarah Amerika)

Menurut ilmuwan, rekor 2016 merupakan kontribusi utama emisi gas rumah kaca di udara yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan masif. Dampak nyata dari pemanasan itu makin jelas; selain perubahan iklim, naiknya permukaan laut hingga tenggelamnya pulau-pulau di dataran rendah dan kota-kota di pesisir, kemarau panjang, dan kepunahan massal flora dan fauna.

Banyak ilmuwan juga berpendapat, 2017 sangat mungkin akan jadi tahun terpanas yang keempat secara berturut-turut. Aksi-aksi penyelamatan lingkungan yang diupayakan mungkin tak cukup bisa mencegahnya.