Find Us On Social Media :

‘Aku Dibesarkan di Sebuah Gua dan Harus Membunuh Bocah Lain untuk Bertahan Hidup’

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 8 Juli 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com - Dalam bukunya Never Stop Walking: A Memoir of Finding Home Across the World, Christina Rickardsson (35) dari Umea, Swedia, mengisahkan perjalanan hidupnya yang luar biasa—dan terkadang sangat kejam.

Buku ini mengisahkan kehidupannya dari seorang penghuni gua hingga mendirikan yayasan untuk anak jalanan dan anak yatim bernama Coelho Growth Foundation.

Lebih dari itu, ia juga mengisahkan kekagumannya terhadap Mamae, ibunya.

Perjalanan hidupnya ini ia tuturkan kepada Jane Ridley dari The Post.

***

Geraman itu cukup membuat ibuku dan aku gemetar ketakutan. Dan kemudian kami melihatkan—seekor jaguar persis di atas gua kami, sedang mencari mangsa.

Ini adalah satu-satunya momen di mana saya melihat kucing besar itu secara langsung dari tempat persembunyiannya yang juga menjadi “rumah” kami selama lima tahun.

Baca juga: Dianggap Sebagai Biang Keladi Tragedi Maracanazo, Kiper Ini Dilaknat oleh Hampir Seluruh Warga Brasil

Jaguar itu memang pemalu, tapi gigi-geliginya tetap saja mematikan, lebih-lebih saat ia sedang lapar atau merasa terancam.

Jaguar menjadi salah satu makhluk yang mengancam kehidupan kami di pinggiran kota Diamantina, di wilayah Minas Gerais, Brasil. Ular berbisa, laba-laba, dan kalajengking itu sudah biasa.

Aku biasa terbangun di tengah malam untuk melempar makhluk-makhluk beracun yang merangkak di atas tubuhku itu.

Ibuku, Petronilia namanya—yang aku panggil Mamae—membawaku ke gua pada April 1983 ketika aku berusia 15 hari. Sebelum itu, ia tinggal bersama saudara lelakinya yang kasar. Ayahku pergi entah ke mana.

Hidup di tepian peradaban adalah sesuatu yang normal terjadi. Aku mencintai tumbuhan dan hewan, karena warna, pemandangan, dan bunyinya yang ajaib.