Find Us On Social Media :

Tak Tahu Kapan Hidup dan Mati, Beginilah Kejamnya Eksekusi Mati Jepang di Tiang Gantungan

By Tatik Ariyani, Sabtu, 7 Juli 2018 | 17:00 WIB

Eksekusi mereka akan menjadi bahan perdebatan kecil di Jepang karena sifat rahasia dari proses tersebut.

Baca Juga: Beruntung, Pria Ini dapat Bertahan Hidup Meski Disengat Lebih dari 1.000 Lebah

Narapidana ditahan di sel isolasi dan hanya diizinkan untuk berolahraga dua kali seminggu.

Untuk sedikit menghilangkan kebosanan para tahanan, keluarga mereka diperbolehan berkunjung dengan penjagaan.

Sebagian besar tahanan menghabiskan sedikitnya lima tahun untuk menunggu nasib mereka, sedang beberapa tahanan lainnya menghabiskan hingga puluhan tahun dan tidak pernah tahu kapan kematian akan datang.

Dalam laporan yang diterbitkan pada 2008, Amnesty mengatakan sebagai akibatnya, narapidana bisa jadi gila dan terbongkar bahwa hukuman yang dijatuhkan terasa 'kejam, tidak manusiawi dan merendahkan'.

Baca Juga: Banyak yang Tertipu, Aphelion Penyebab Suhu Dingin di Indonesia Ternyata Hoaks, Ini Penyebab Sebenarnya

Ada juga kritikan oleh komite PBB Penentang Penyiksaan, yang menyoroti kerahasiaan sistem eksekusi dan tekanan psikologis yang dijatuhkan pada narapidana dan keluarga mereka.

Hukuman yang didukung luas oleh masyarakat Jepang (tanpa ada pilihan penjara seumur hidup) dan hakim hanya memutuskan pilihan antara penjara dengan pembebasan tertentu atau hukuman mati untuk tahanan dengan kasus pembunuhan dalam jumlah banyak.

Pada tahun 2010, pihak berwenang Jepang mengizinkan wartawan masuk ke Rumah Tahanan Jepang dan foto-foto yang berhasil diambil menunjukkan ruang-ruang biasa yang sangat menyeramkan.

Baca Juga: Banyak yang Tertipu, Aphelion Penyebab Suhu Dingin di Indonesia Ternyata Hoaks, Ini Penyebab Sebenarnya

Sebuah garis merah di lantai yang juga merupakan pintu jebakan di ruang eksekusi yang menandai tempat di mana narapidana berdiri dengan tali di leher mereka.