Find Us On Social Media :

Tak Tahu Kapan Hidup dan Mati, Beginilah Kejamnya Eksekusi Mati Jepang di Tiang Gantungan

By Tatik Ariyani, Sabtu, 7 Juli 2018 | 17:00 WIB

Intisari-Online.com - Jepang menjadi salah satu negara yang berpikiran maju di dunia, tetapi tidak menunjukkan hal yang serupa pada hukuman mati yang dijatuhkan pada narapidana.

Nishikaawa (61) telah dihukum karena membunuh empat wanita secara mengerikan lebih dari 25 tahun yang lalu.

Koichi Sumida, pria kedua yang dieksekusi ats pembunuhan.

Namun, para penentang hukuman mati tetap gencar dengan argumen bahwa hukuman mati tidak pernah memberikan keadilan.

Baca Juga: Bukan Soal Mistis, Ini Penjelasan Ilmiah tentang 'Ketindihan' dan Cara Mengatasinya

Baca Juga: Kejamnya Eksekusi Mati para Begal di Era Orde Baru, Dimasukkan ke Dalam Karung Lalu Ditembak

Hiroka Shoji, seorang peneliti di Amnesty Internasional mengatakan bahwa eksekusi menunjukkan bahwa pemerintah Jepang tidak mengindahkan hak untuk hidup. Hukuman mati adalah hukuman yang paling kejam dan tidak manusiawi.

Angka-angka terbaru menunjukkan bahwa 24 orang telah dieksekusi dari tahun 2012-2016.

Pada 31 Desember 2017, ada 123 tahanan yang dijatuhi hukuman mati, dengan jumlah lebih dari 100 sejak 2007, menurut Kementerian Kehakiman.

Yang terbaru untuk hukuman mati adalah Shoko Asahara, pendiri kultus Aum Shinri Kyo, orang yang ada di balik serangan gas sarin 1995 di kereta bawah tanah Jepang.

Baca Juga: 10 Foto dari Masa Lalu Ini Mungkin akan Membuat Anda Tak Bisa Tidur, Jangan Dilihat Jika Tak Berani!

Asahara (63) adalah dalang di balik serangan mematikan yang menewaskan 13 orang dan melukai 6.000 orang.

Sekitar 13 anggota kultus berada di penjara kematian Jepng dan enam di antaranya dieksekusi pada saat yang sama.