Inilah Kurt Godel, Sahabat Einstein yang Membiarkan Dirinya Kelaparan Hingga Mati karena Paranoia

Ade Sulaeman

Penulis

Pasti kamu sudah pernah melihat foto Albert Einstein yang satu ini kan?

Intisari-Online.com- Kurt Gödel adalah seorang matematikawan dan filsuf yang brilian.

Teori ketidaklengkapannya menghantarkannya dalam jajaran salah satu matematikawan terpenting pada masanya.

Namun, dia memiliki kesehatan yang buruk, dimulai dengan demam & rematik pada usia enam tahun.

Gödel tidak pernah yakin bahwa dirinya dapat sembuh dan terkenal mengidap paranoid, cemas, dan depresi.

Baca Juga:BPOM Resmi Nyatakan Susu Kental Manis Tak Mengandung Susu: Ini Risiko Penyakit Berbahaya di Balik Susu Kental Manis

Dia menderita beberapa gangguan saraf sepanjang hidupnya.

Dia lahir di Brünn, Austria-Hungaria (sekarang Brno, Republik Ceko) pada tahun 1906.

Pada usia 18 dia memulai karir intelektualnya mempelajari teori fisika, matematika, dan filsafat di Universitas Wina.

Baca Juga:NASA: Jika Gunung Agung Meletus, Maka Itu Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia

Pada tahun 1924, Wina adalah pusat intelektual yang berkembang pesat, dan dia dikelilingi oleh sekelompok pemikir terkenal yang membentuk Lingkar Wina.

Di bawah pengawasan salah satu pemimpin Lingkaran Wina, Hans Hahn, Gödel menyelesaikan disertasi doktornya pada usia 23 tahun.

Di dalamnya, dia berpendapat bahwa himpunan sistem matematika formal yang dikenal sebagai logika orde pertama dapat dibuktikan menjadi benar melalui sistem yang disebut deduksi formal.

Meskipun cerdas, Gödel tidak pernah merasa cocok dengan Lingkaran Wina.

Baca Juga:Temukan Dompet Penuh Uang, Gelandangan Ini Dapat Ganjaran Tak Terduga saat Mengembalikannya

Hal ini karena keyakinan teistiknya bertentangan dengan ide-ide populer positivisme logis mereka.

Yakni pandangan yang meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang nyata adalah yang dapat ditunjukkan secara empiris.

Pada 1931, Gödel menerbitkan apa yang dikenal sebagai teori ketidaklengkapan.

Gödel berpendapat bahwa pernyataan aksioma yang dianggap benar tidak dapat benar-benar terbukti atau lengkap dalam sistemnya sendiri.

Baca Juga:Tewas Akibat Dijambret Saat Naik Ojek Online, Jenazah Warsilah Dikawal Puluhan Driver Ojek Online

Dalam sistem apa pun, setidaknya satu aksioma harus salah atau tidak terbukti.

Teorema ini membuatnya dikenal dunia, dan dia mulai memberikan ceramah matematika ke seluruh dunia sejak tahun 1933.

Dia memberi ceramah pertamanya di Amerika Serikat tahun itu, di mana dia pertama kali bertemu Albert Einstein.

Keduanya menjalin pertemanan erat yang berlanjut sampai Einstein meninggal pada tahun 1955.

Baca Juga:Arief Rivan Meninggal Dunia: Ternyata Kolesterol ‘Baik’ Tak Selalu Baik Untuk Cegah Serangan Jantung

Namun, sementara Kurt Gödel melanjutkan tur dan memberi ceramah, kesehatan mentalnya menjadi semakin tidak stabil.

Pada tahun 1938, dia baru saja kembali memberi ceramah setelah menderita suatu episode depresi yang sangat buruk ketika Nazi Jerman mencaplok Austria.

Tidak dapat mengamankan posisi di Universitas Wina dan menghadapi wajib militer ke tentara Jerman, Gödel menikahi Adele Nimbursky, dan pindah bersamanya ke Amerika Serikat.

Baca Juga:20 Fakta Kegilaan Pablo Escobar 'Si Raja Kokain', Salah Satunya Bakar Uang Untuk Bahan Bakar Penghangat Putrinya

Einstein membantu merekomendasikannya menjadi pengajar di Princeton University, di mana dia mulai mengajar di Institute for Advanced Studies.

Sepanjang 1940-an, Gödel menetap di universitas, mengajar dan terus mempublikasikan teori matematikanya.

Dia menjadi warga negara Amerika Serikat pada tahun 1947, dan terus bekerja di Institut, akhirnya menjadi profesor penuh pada tahun 1953.

Sepanjang 1950-an dan 1960-an, Gödel mengalihkan perhatiannya dari matematika ke filsafat.

Baca Juga:Pandai Berbahasa Inggris, Pengemis yang Kelaparan Ini Ternyata Mantan Dosen, Ini Kisahnya!

Dia menerbitkan beberapa makalah tentang Platonisme dan keyakinan bahwa matematika dapat digunakan untuk menjelaskan objek yang abstrak.

Meskipun kariernya sukses, kesehatan mental tak pernah stabil.

Paranoidnya semakin menjangkit dan membuatnya curiga terhadap semua makanan.

Dia yakin bahwa seseorang sedang mencoba meracuninya.

Baca Juga:Tragisnya Nasib Adolfina yang Selalu Dipukuli Suaminya Setiap Mendapat ‘Like’ di Facebook

Dia menolak untuk makan makanan apa pun yang belum pernah dirasakan oleh istrinya.

Namun, ketika dia jatuh sakit pada tahun 1977 dan harus dirawat di rumah sakit selama enam bulan, dia tetap tidak mau makan.

Menahan kelaparan hingga kekurangan gizi, berat badannya menyusut menjadi 65 kilogram hingga akhirnya meninggal pada 14 Januari 1978.

Baca Juga:Disebut Sebagai Orang Terpintar di Dunia, Otak Einstein Masih Disimpan dalam Guci

Artikel Terkait