Find Us On Social Media :

Hati-hati! Berolahraga saat Sakit Bisa Fatal Akibatnya

By Ilham Pradipta M., Selasa, 13 Desember 2016 | 16:31 WIB

Saat Sakit, Pilih Bed Rest atau Olahraga, Ya?

Intisari-Online.com – “Jangan diturutin sakitnya, nanti malah parah. Mending olahraga aja, biar badannya enggak manja!” Mungkin kita pernah mendengar saran ini baik dari keluarga maupun kawan. Namun, benarkah saran ini dapat membuat orang yang sedang sakit menjadi sembuh?

Selidik punya selidik, pemahaman seperti ini sebenarnya lahir dari kekeliruan pendapat yang beredar di masyarakat mengenai: apa yang harus dilakukan ketika sedang sakit? Misalnya ada yang berkata, “Kalau sudah berkeringat, badan pasti enakan.” Atau pula “Banyak bergerak aja, nanti badannya pasti lupa kalau lagi sakit,”. 

Nah, pengertian ini tidak salah. Namun, dengan catatan kalau tubuh sebenarnya dalam keadaan sehat, tidak benar-benar sakit. Dengan kata lain, “sakit” yang kita rasakan itu sebenarnya ketidaknyamanan yang muncuk karena terlalu pasif. Alias tidak banyak bergerak, kebanyakan duduk, dan tak pernah berolahraga. Bisa juga “sakit” yang disebabkan karena malas minum. 

(Baca Juga: Seberapa Sering Kita Harus Berolahraga?)

Dalam kondisi ini, “Sakit” yang kita rasakan memang bisa hilang dengan memaksakan diri untuk berolahraga. Tujuannya untuk memancing keluarnya keringat. Dengan begitu, pergerakan tubuh akan memperbaiki kondisi tubuh dan memancing rasa haus yang mendorong kita untuk minum. Alhasil, efeknya fungsi metabolisme pun kembali normal. Jadi, pilih bed rest atau olahraga?

Bisa fatal akibatnya

Bagaimana berolahraga di saat sedang sakit? Nah, konsep berolahraga hingga berkeringat di saat tubuh benar-benar sedang sakit bukan hanya tak efektif, tapi juga dapat fatal akibatnya. Sakit di fase awal sebenarnya sinyal yang ditujukan pada pemilik tubuh untuk “memberi tahu” ada masalah di badannya. Selanjunya, si pemilik tubuh harus menyiapkan organ-organ tubuhnya untuk “siap berperang” melawan sumber penyakit dan menyembuhkan tubuhnya sendiri. Lalu, bagaimana caranya? 

Caranya macam-macam. Mulai dari mengistirahatkan sebagian organ tubuh, membatasi aktivitas sehari-hari, tapi bukan tidak bergerak sama sekali, dan mengonsumsi makanan yang dibutuhkan sebagai “amunisi”. Tujuannya untuk mengumpulkan energi seefektif mungkin agar menang dalam “perang” melawan penyakit dalam tubuh. 

Contoh sederhananya, seperti suhu tubuh yang memanas atau deman. Nah, kondisi itu merupakan isyarat kalau tubuh sedang “bertarung” melawan sumber penyakit. Jadi, coba bayangkan bia kita tengah mengalami kondisi itu, tapi malah berolahraga di pusat kebugaran, masuk sauna, atau melakukan aktivitas lainnya untuk memancing keluarnya keringat? Alih-alih ingin cepat sembuh, malam sistem kerja tubuh kita yang jadi kacau berat dan keseimbangan tubuh terganggu.

Efeknya memang tak selalu cepat terasa. Kadang baru terasa bertahun-tahun setelahnya. Namun, tak jarang pula bisa langsung fatal akibatnya. Seperti gagal organ atau munculnya penyakit berat, misalnya.

So, bila tubuh mengeluarkan sinyal sakit, segeralah beristirahat. Cobalah untuk memberikan tubuh kesempatan untuk memaksimalkan kemampuan “menyembuhkan diri sendiri” yang dimiliki. Jangan pula lupa untuk memberi tubuh pasokan nutrisi dan air yang cukup. Jadi, jangan langsung mengonsumsi obat-obatan penghenti gejala. Sebab, obat-obat jenis itu tak bekerja di sumber masalah.

Nah, bersantai, banyak berbaring, dan tidur saat sakit, merupakan hal yang efetif untuk meyembuhkan diri dari sakit. Kok bisa? Ketiganya dapat membuat tubuh mengaktifkan “pasukan” sel darah putih secara maksimal.