Find Us On Social Media :

[Kisah Misteri] Ketika Jeane Dixon Meramalkan Kejatuhan Bung Karno

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 8 Desember 2016 | 19:22 WIB

Drg. Oei Hong Kian: Bung Karno Pasien Saya (2)

Intisari-Online.com - Pada masanya, Amerika Serikat pernah mempunyai seorang peramal yang sangat tersohor. Jeane Dixon namanya. Ramalannya paling terkenal adalah soal kematian John F. Kennedy yang ia ungkapkan pada 22 November 1963.

Bukan cuma sekali ini ramalannya tentang orang-orang terkemuka terbukti. Jeane Dixon juga meramalkan kejatuhan Bung Karno menjelang 1966. Benar, Bung Karno yang dimaksud adalah Sukarno sang Bapak Proklamator Kita.

(Baca juga: Suara Misterius di Ruang Angkasa Ini Kejutkan Astronot China)

Tahun 1952 ia juga meramalkan bahwa presiden AS yang terpilih tahun 1960, seorang Demokrat, akan tewas akibat kekerasan. Ramalannya itu dimuat dalam majalah Parade 13 Mei 1956. (Namun ketika pemilihan presiden 1960 makin dekat, ia malah meramalkan Richard Nixon dari Partai Republik-lah yang akan menang dan ramalan ini meleset.)

Sudah sejak awal tahun 1940-an ramalannya dimuat dalam koran-koran Washington. Lalu November 1944, saat Perang Dunia II masih berkecamuk di Eropa maupun Pasifik, Jeane ditelepon sekretaris. la diundang ke Gedung Putih. Menurut Jeane, ketika berhadapan dengan FDR, ia merasa dingin dan sepi. Saat itu FDR—satu-satunya presiden AS yang dipilih tiga kali—rupanya merasa ajalnya sudah dekat, padahal masih banyak yang harus dilakukannya.

"Berapa lama waktu yang tersedia bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedang saya hadapi?" tanyanya.

Jeane balas bertanya. "Bolehkah saya menyentuh ujung-ujung jari Bapak?"

FDR mengulurkan tangannya yang besar. Jeane terdiam sejenak, lalu dengan takut-takut menjawab.

"Enam bulan atau kurang ...."

Lama juga suasana hening. Lalu FDR bertanya lagi. "Saya sedang mempertimbangkan keputusan tentang Rusia. Apa pendapat Anda?"

"Pak Presiden, saya tidak perlu melihat ke dalam bola kristal saya. Sejak berumur empat tahun saya sudah tahu, Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika harus bersatu agar terjadi perdamaian dunia. Jerman kelak akan membantu kita menghadapi Rusia."

"Apakah kita akan tetap bersekutu dengan Rusia?"

"Tidak. Tapi segenerasi lagi kita akan menjadi kawan dalam menghadapi Tiongkok."

"Kita tidak mempunyai kesulitan dengan Tiongkok," kata FDR. Saat itu Tiongkok bersekutu dengan AS, Inggris dan Rusia.

Pertengahan Januari 1945, Jeane ditelepon kembali untuk datang ke Gedung Putih. FDR tampak lebih santai, tetapi lebih kurus.

"Bagaimana? Berapa lama lagi waktu tersedia bagi saya?"tanyanya.

"Tinggal sedikit," jawab Jeane.

Perihal Rusia ia bersikeras dengan pendapatnya, seraya berpesan agar Amerika jangan membagi-bagikan milik orang lain. Katanya ia melihat Paman Sam seakan-akan merogoh kantung orang lain. la juga meramalkan AS akan mengalami bentrokan rasial dan baru akan aman tahun 1980.

Tanggal 12 April 1945 FDR meninggal akibat perdarahan di otak. Namun pada bulan Februari ia masih sempat ke Yalta dengan PM Churchill dari Inggris dan Diktator Stalin dari Rusia. Di sana ia menandatangani perjanjian yang memberi Rusia kekuasaan untuk menguasai separuh Jerman, pangkalan Port Arthur, Kepulauan Kurile dan Sakhalin Utara berikut pulau-pulau sekitarnya.

Itulah yang dimaksudkan oleh Jeane "membagikan-bagikan milik orang lain".

Kita tahu "pembagian" itu kemudian menjadi masalah karena lantas ada Jerman Timur dan Jerman Barat yang baru bisa bersatu lagi 45 tahun kemudian, sementara Jepang sampai sekarang belum memperoleh kembali pulau-pulaunya.

Akhir tahun 1956 Jeane diwawancara di muka umum. Seorang wartawan bertanya, bagaimana nasib Jawaharlal Nehru, tokoh kemerdekaan India dan tokoh dunia waktu itu, yang sudah menjadi perdana menteri sejak 1947?

Jeane menjawab bahwa, kira-kira tujuh tahun lagi. Tanggal 27 Mei 1964, Nehru—ayah Indira Gandhi dan kakek Rajiv Gandhi yang kedua duanya kelak menjadi PM India—meninggal. Parlemen India memilih Lai Bahadur Shastri sebagai penggantinya.

Jeane juga meramalkan pembunuhan atas Mahatma Gandhi, Senator Robert F. Kennedy, kematian Marilyn Monroe akibat bunuh diri, dan bahwa pesawat udara yang ditumpangi sekretaris jenderal PBB waktu itu, Dag Hammarskjold, akan jatuh. Ramalan ini terbukti. Hammarskjold tewas September 1961.

Akhir tahun 1965, Jeane Dixon meramalkan Presiden Sukarno akan "turun takhta" sebelum akhir tahun 1966 dan Partai Komunis Indonesia akan kehilangan pegangan. Kejadian itu sebenarnya sudah bisa diduga banyak orang, juga oleh bukan cenayang. Soalnya ketika itu Presiden Soekarno sudah kehilangan pamornya, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) sudah turun ke jalan.

Artikel ini pernah tayang di Kumpulan Kisah Misteri 3 yang diterbitkan Intisari pada 2004