Find Us On Social Media :

Brenda Trivena Grace Salea, Mahasiswi Yang Tak Malu Menjadi Sopir Angkot

By Agus Surono, Sabtu, 3 Desember 2016 | 11:02 WIB

Brenda Trivena Grace, mahasiswi yang menjadi sopir angkot. (Foto: Tribun)

"Saat mau naik ke kelas enam, kami pindah ke Likupang Timur," kenangnya.

Di Likupang, ayahnya tetap mengais rejeki dengan menjadi sopir mikrolet. Nah, saat Brenda duduk di kelas 1 SMP di Likupang, sang ayah mulai mengenalkan mobil kepadanya.

"Mobil itu walau bekas sudah merupakan milik sendiri. Saya mulai dikenalkan mobil. Itu setelah ayah selesai bekerja," katanya.

Ayah Brenda punya cara unik mengajarkannya sebelum benar-benar memegang setir, mengendarai mobil. Ia disuruh belajar membuka ban, menyapu dan melihat mesin. "Ini agar saya bisa mengganti ban saat ban kempis di hutan," katanya.

Sambil belajar mobil, Brenda masih berjualan. Ia menjual pisang goreng, dan ikan masak sepulang sekolah. "Polisi dan tentara di kampung kenal saya sebagai penjual pisang," ujarnya.

Kesempatan awal untuk membawa penumpang ternyata datang tidak disangka-sangka. Sang ayah ketika membawa angkot, merasa kurang sehat. Padahal penumpangnya penuh, "Jadi saya memberanikan diri mengambil kendali. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA," katanya.

Brenda mengakui selama menjadi sopir banyak pengalaman unik. Ibu-ibu kadang kaget melihat dirinya sebagai seorang sopir. "Ada yang tidak percaya sama saya. Ada bahkan yang berpegangan kuat di badan mobil," katanya.

Lama-kelamaan, kata dia, semua penumpang langganan menjadi terbiasa bahkan mereka sering memuji. "Ada yang berkelakar hati-hati dengan saya. Saya katanya jago bawa mobil," ujarnya.

Mengatasi lelaki genit

Sebagai perempuan yang menjadi sopir, tentu saja ada pria yang genit ingin menggodanya. Untuk mengakali hal itu, Brenda selalu mengosongkan kursi depan dekat dirinya. "Di situ saya selalu naikkan perempuan. Tidak pernah laki-laki," katanya.

Ia bahkan pernah tidak menggubris kemarahan seorang bapak yang menurut perasaannya genit. Bapak itu marah karena merasa ditipu. "Saya katakan bahwa tempat di depan sudah ada yang memakai. Ternyata ketika datang seorang ibu, saya katakan belum ada yang memakai," ujarnya.

(Baca juga: Duh, Mahasiswi Jepang Bunuh Seorang Nenek dengan Alasan Hanya Ingin Membunuh Saja)