Find Us On Social Media :

Tak Hanya di Indonesia, di Malaysia Mudik Lebaran juga Tak kalah Heboh

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 14 Juni 2018 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com – Berlebaran di Malaysia dan Indonesia sebetulnya banyak persamaannya, tetapi ada juga perbedaannya.

Seperti Jakarta, Kuala Lumpur pun lengang di hari-hari sekitar Lebaran. Maklum dari dua juta penduduknya, sejuta pulang ke kampung. Kota-kota besar lain pun begitu.

Sebetulnya istilah "pulang ke kampung" di Malaysia tidak selalu berarti pulang ke desa, tetapi bisa juga pulang dari desa ke kota, kalau asalnya ia memang orang kota. Kampung maksudnya tempat asal.

Kuenya dihitung, bukan ditimbang

Beberapa minggu sebelum Lebaran, banyak ibu yang mencoba memperoleh penghasilan dengan mengedarkan contoh kue-kue kering di kalangan teman dan kenalan, termasuk di kantor-kantor. Jadi sama seperti di Jakarta. Cuma kue kering di sini di hitung perseratus, bukan ditimbang.

Walaupun di Malaysia pembantu rumah tangga termasuk langka, banyak juga wanita bekerja yang lebih suka membuat kue kering sendiri daripada membeli. Apalagi resep-resepnya banyak di majalah pada saat-saat itu.

Baca juga: Di Balik Keceriaan Anda Menikmati Libur Berlebaran, Ada para Pahlawan yang Sering Terlupakan

Biasanya mereka membuat kue malam hari, pada saat pekerjaan lain sudah selesai. Ada juga yang bergotong-royong pada hari Minggu atau hari libur.

Mereka berkumpul kira-kira lima orang, di rumah seorang teman lalu masing-masing membuat satu macam kue sebanyak 500 atau 1.000 buah. Hasilnya dibagi lima, Minggu berikutnya mereka berkumpul di rumah teman lain untuk membuat kue lain. Dalam tiga hari libur mereka sudah bisa mendapat lima belas macam kue kering.

Menjelang Lebaran, ibu-ibu yang bergabung di pelbagai organisasi membuat kue-kue dan makanan awet beramai-ramai.

Kue-kue dan makanan awet itu dikemas dalam kotak besar-besar untuk dikirimkan kepada para prajurit yang tidak sempat merayakan Lebaran di rumah. Mereka ingin menyatakan bahwa prajurit-prajurit itu tidak dilupakan, walaupun berada jauh di tempat tugas.

Pada hari Lebaran, orang-orang  di Melaka dan Johor misalnya, menghidangkan ketupat, lodeh, gulai dan serundeng daging di meja makan mereka. Di Negeri Sembilan yang penduduknya banyak berasal dari Minangkabau, lemang tidak ketinggalan.

Baca juga: Mudik Lebaran, Dikira Masuk Angin Eh Fitri Malah Melahirkan di Mobil di Rest Area Cipularang

Rumah makan  yang menjual hidangan Melayu buka seperti hari-hari biasa. Sebaliknya, pada bulan puasa mereka tutup sepanjang pagi dan siang. Baru pada saat berbuka puasa mereka buka dan juga waktu sahur. Kantin-kantin asrama demikian juga.

Restoran-restoran di hotel, termasuk yang berbintang lima, pada bulan Ramadhan menyediakan makanan untuk brang-orang yang berbuka maupun untuk makan sahur.

Di sini semua penduduk yang beragama Islam berpuasa pada bulan Ramadhan. Umat Islam yaag pada bulan puasa ketahuan makan di tempat umum akan dijatuhi hukuman.

Pemilik restoran dilarang melayani orang Islam yang ingin makan di tempat mereka pada saat harus berpuasa.

Pada awal bulan puasa, banyak juga penduduk yang kadang-kadang lupa mereka sedang berpuasa. Ketika membeli durian, mereka enak saja mencicipi buah itu. Penjual dan orang-orang di sekitarnya biasanya cuma senyum-senyum.

Baca juga: Identik dengan Lebaran, Mudik Ternyata Bukan Lahir dari Muslim Nusantara, Lalu Siapa yang Memulai?

Bisa mengadu kalau ditipu

Seperti halnya di tempat kita, pakaian baru merupakan salah satu ciri Lebaran. Kaum wanita biasanya memakai baju kurung atau setelan kain kebaya. Kaum pria pergi ke masjid berpakaian melayu, lengkap dengan songket dan kopiah.

Jauh-jauh pakaian itu sudah dibeli atau dicicil! Menjahitkan pakaian mereka lakukan lama sebelum Lebaran, sebab beberapa minggu menjelang lebaran para penjahit sudah tidak sanggup menerima jahitan lagi.

Menjelang Lebaran banyak orang mengecat rumah, mengganti tirai ataupun membeli mebel baru. Mobil-mobil dimasukkan ke bengkel supaya kelak tidak merongrong di jalan waktu dipakai pulang ke kampung yang jauh.

Di mana-mana ada obral. Media massa konsumen memperingatkan agar jangan sampai tertipu obral palsu dan jangan terlalu mengobral uangnya, karena keperluan lain masih banyak.

Gaji menjelang Lebaran dibayarkan sebelum akhir bulan, untuk menyempatkan orang berbelanja keperluan Lebaran. Namun, itu berarti gaji berikutnya akan tiba bukan sebulan lagi, tetapi lebih dari sebulan kemudian.

Baca juga: Agar Kantong Tak Jebol saat Lebaran, Ini Tips Mengatur Uang saat Mudik

Karena itulah selain penuh iklan yang merayu pembeli, koran-koran juga banyak berisi-peringatan agar masyarakat jangan terburu nafsu memboroskan uangnya. Ada pula bimbingan dan saran dalam cara menggunakan uang.

Umpamanya saja: Jangan tertipu (timbangan kurang, makanan tidak bersih dsb.) mereka disarankan untuk mengadu ke alamat tertentu.

Pantun yang salah alamat

Memberi hadiah uang pada hari raya kepada keluarga dan kawan merupakan hal yang lazim di Malaysia. Mereka memberinya dalam bentuk uang kertas baru. Karena itu bank-bank menyediakan uang kertas baru dan juga uang receh.

Anak kecil yang masih termasuk keluarga mungkin diberi hadiah satu dolar seorang (di sini disebut satu ringgit, tetapi ringgitnya bukan Rp 2,50 seperti uang pernah dikenal di Indonesia). Anak kenalan biasa mungkin cuma mendapat 50 sen atau bahkan 20 sen kalau datangnya berombongan.

Di sini juga orang lazim mengirimkan kartu ucapan selamat hari raya. Ukurannya biasanya besar-besar. Kartu-kartu yang diterima akan dikumpulkan lalu dipajang di rumah. Cara memajangnya bermaca-macam.

Baca juga: Agar Kantong Tak Jebol saat Lebaran, Ini Tips Mengatur Uang saat Mudik

Ada  yang digantung pada tangkai kering, ada yang diuntai dengan pita yang dipasang dari tembok ke tembok.

Pihak Pos dan Telekomunikasi mengumumkan batas waktu kartu Lebaran harus dikirim, supaya tiba sebelum hari raya tiba.

Kadang-kadang kartu Lebaran itu ada pantunnya, yang disesuaikan untuk siapa kartu itu dikirim. Contohnya: Bila untuk guru, pantunnya mungkin ucapan terima kasih karena si guru telah mengajarkan ilmunya.

Karena pantun-pantun itu ditulis dalam bahasa Melayu, orang asing sering tidak mengerti. Mereka membeli bermacam-macam kartu dalam jumlah banyak  untuk dikirimkan kepada teman dan kenalan.

Teman dan kenalan mereka kadang-kadang geli. Ada pria karyawan yang terbengong-bengong karena menerima kartu "Untuk kekasihku" dari direkturnya. Adalagi wanita karyawan yang menerima pantun untuk ayahanda yang dihormati dari boss-nya.

Baca juga: Bagi Anda yang Lebaran di Seputar Solo, Inilah Lima Tempat Kuliner yang Wajib Dikunjingi, Dijamin Maknyuss!!!

Pelita sepanjang pagar

Penentuan kapan mulai puasa dan kapan hari raya tidak dilakukan dengan alat-alat modern. Penentuan dengan melihat "kedudukan anak bulan" dilakukan kira-kira pukul 20.00 oleh para petugas agama dari laut.

Kalau cahaya bulan sudah terlihat walaupun sedikit, artinya keesokan harinya puasa. Penentuan hari raya dilakukan dengan cara itu pula dan hasilnya diumumkan lewat radio, TV dan media lain.

Liburan hari raya resminya dua hari, tetapi masa itu banyak orang mengambil cuti. Kalau  hari libur resmi jatuh pada hari Minggu dan Senin umpamanya, maka hari Selasa ikut diliburkan. Di beberapa negara bagian liburnya hari Jumat. Kalau libur hari raya jatuh pada hari Jumat, maka liburnya digeser ke hari lain.

Di Malaysia terdapat tiga bangsa yaitu Melayu, Cina dan India. Supaya kegiatan polisi, pemadam kebakaran, hansip, penjaga keamanan dan rumah sakit tidak terganggu, maka pada hari-hari Lebaran petugas Cina dan India yang tidak beragama Islam akan melembur.

Sebaliknya, pada hari-hari raya mereka, petugas-petugas lain yang tidak merayakannya akan melembur.

Baca juga: Sebentar Lagi Idulfitri, Beginilah Cara Menghitung Bulan untuk Menetapkan Lebaran

Untuk pulang kampung, mereka biasa memesan tempat di bus dan kereta api jauh sebelumnya. Kalau tempat sudah habis, diberitakan di surat kabar. Taksi-taksi liar berkeliaran pada masa itu, untuk menampung rezeki. Taksi gelap di sini namanya "taksi sapu".

Menjelang Lebaran, jalan-jalan keluar kota penuh sesak dengan orang yang mudik. Kendaraan harus merayap. Kadang-kadang ada perampok jalan raya (highway robber).

Kalau kebetulan kita dalam perjalanan pada malam tujuh likui atau Lailatul Qadar (hari ke-27 setelah puasa bermula), kita akan melihat pelita-pelita kelap-kelip sepanjang pagar halaman atau lampu-lampu kecil sepanjang tepi atap rumah penduduk.

Masyarakat percaya malam itu para malaikat turun ke rumah-rumah penduduk dan mereka ingin menyambutnya dengan penerangan. Jika malam itu Anda dalam perjalanan dari Penang ke Johor yang jaraknya 800 km, Anda akan menemukan pelita banyak sekali menghiasi tepi-tepi jalan.

Baca juga: Anti Ribet, Ini 6 Tips Praktis 'Packing' Pakaian Untuk Mudik Lebaran

Pada hari raya yang sudah ditunggu-tunggu itu, para pembesar membuka rumahnya untuk menerima siapa saja yang mau datang. Tidak jarang pengunjung hams antre untuk bersalaman. Pernah serombongan anak cacat berhari raya ke rumah Menteri Pendidikan Anwar Ibrahim.

Menteri buru-buru menemani mereka, mulai  dari datang sampai makan dan bahkan mengatarkan mereka ke taksi yang menunggu.

Kedutaan-kedutaan yang merayakan Idul - Fitri juga biasanya membuka pintu untuk pengunjung.

Kalau pada saat-saat Lebaran tidak ada keluarga yang bisa kita kunjungi di Malaysia karena kita orang asing, ah, jangan berkecil hati. Seperti di tanah air kita, di sini selalu saja ada teman dan sahabat yang mengajak berlebaran ke kampungnya.

Selamat Idul Fitri, maaf lahir batin! (Dr. Ir. Adirukmi Noor Saleh – Intisari Mei 1989)

Baca juga: (Foto) 10 Tulisan Lucu Saat Mudik Lebaran yang Kocak dan Bikin Ngakak!