Find Us On Social Media :

Walau Pertemuan Donald Trump - Kim Jong Un di Singapura Menguntungkan AS, Tapi Pentagon Siap Serang Korut Kapan Saja

By Agustinus Winardi, Minggu, 10 Juni 2018 | 14:30 WIB

Intisari-Online.com - Sebagai pihak yang lebih berinisiatif untuk melakukan perundingan damai di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Singapura (12/6/2018), Korea Utara (Korut) dan juga Kim Jong Un tampak lebih santai dalam soal mempersiapkan diri, apalagi China sudah bersedia menjamin keamanan Kim Jong Un selama perjalanan menuju Singapura.

Selain itu, Korut sudah jelas-jelas menunjukkan niatnya untuk melakukan denuklirisasi program nuklirnya dan berjanji untuk menyelesaikan Perang Korea secepatnya dan secara damai.

Sementara Presiden AS Donald Trump baik melalui Presiden Korsel Moon Jae In dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, memang telah mendapatkan kepastian bahwa Kim Jong Un akan sangat kooperatif dalam KTT, kecuali Kim Jong Un meminta Donald Trump untuk menarik mundur pasukan dari Korsel.

Nah, soal penarikan mundur pasukan dari Korsel, oemerintah dan militer AS (Pentagon) memang tidak akan menuruti Kim Jong Un jika memang memintanya.

Mengingat keberadaan pasukan AS di Korsel bukan hanya untuk mengantisipasi konflik dengan Korut tapi demi perimbangan kekekuatan militer di kawasan Asia-Pasifik.

Bagi AS, kehadiran sebanyak 37.500 personel militer di Korsel dan 80.000 personel lainnya di kawasan Pasifik Utara sangat penting untuk mengantisipasi bentrokan dengan China dan juga Rusia.

Baca juga: Jelang Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong Un, PM Singapura Siapkan Pertemuan Terpisah Dengan Keduanya

Jadi dengan alasan itu, Presiden Trump jelas tidak mau menarik mundur pasukan dari Korsel meskin ada imbalan program denuklirisasi Korut dan penyelesaian Perang Korea secara damai.

Keinginan Kim Jong Un agar militer AS ditarik mundur dari Korsel adalah pada sikapnya yang mengecam latihan militer gabungan Korsel-AS di kawasan Semenanjung Korea karena simulasi latihan itu merupakan taktik dan strategi melawan pasukan Korut.

Gara-gara kecaman Kim Jong Un itu, Presiden Trump sempat 'ngambek' lalu mengirimkan surat secara pribadi tentang pembatalan KTT di Singapura.

Tapi keinginan dunia internasional terutama Rusia dan China yang menghendaki agar KTT itu berlangsung, telah membuat Presiden Trump berubah pikiran dan bersedia hadir di KTT.

Presiden Trump, yang kembali berubah pikiran dan mau hadir di KTT, jelas mencerminkan adanya beda pendapat antara Gedung Putih dan Pentagon.

Baca juga: Pesawat Kim Jong Un Terancam Ditembak Jatuh Saat Menuju Singapura, Jet-Jet Tempur China pun Siap Mengawal