Find Us On Social Media :

Ratu yang Sederhana dan ketika Masih Muda Berpacaran di Atas Es Itu Akhirnya Turun Tahta

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 10 Juni 2018 | 16:30 WIB

Setelah ayah dan neneknya meninggal, masa mudanya sebetulnya sudah berakhir. Sekitar tahta Oranye tinggal dua wanita. Keadaan sepi sampai Putri Juliana ketemu jodoh, Pangeran Bernhard. Mereka menikah tahun 1937 dan tak lama kemudian dikaruniai anak.

Lalu tiba tahun 1939, Perang Dunia II pecah. Tahun 1940 negeri Belanda diduduki Nazi. Ratu Wilhemina mengungsi ke Inggris dan putrinya sekeluarga ke Kanada. Rakyat Belanda dan ratunya mengalami masa yang sulit.

Setelah perang usai, kesehatan Ratu Wilhelmina mundur, sehingga ia seharusnya sudah turun tahta. Namun ia ingin menunggu sampai perayaan naik tahta 50 tahun. Tetapi sebelumnya dua kali ia menyerahkan pimpinan negara kepada putrinya untuk sementara, yaitu sebelum Juliana naik tahta sccara definitif tanggal 6 September 1948.

Anti jalan mundur

Pada masa pemerintahannya Ratu Juliana mengubah gaya pemerintahannya. la tidak lagi mau orang berjalan mundur menuruni tangga pada defile hari ulang tahunnya. Dulu orang tidak boleh berjalan biasa karena dianggap tidak pantas untuk membelakangi ratu.

Pegawai istana Soestdijk boleh memanggil nama kecil anak-anaknya. Kalau ratu melakukan kunjungan kerja rakyatpun boleh menyapanya.

Baca juga: Inggris Boleh Berantakan, Tetapi Ratu Harus Tetap Bertahan

Rupanya ini pengaruh perang.  Ratu Wilhelminapun kembali dari Inggeris dengan sikap baru. La tidak mau langsung masuk istana setelah kembali ke Belanda, tetapi setahun lamanya ia tinggal di sebuah rumah golongan menengah di Scheveningen.

Ia merasa tidak pantas tinggal di istana ketika rakyatnya menderita.

Sejak itu Putri Juliana juga solider hidup sederhana. Ratu Juliana memang suka sikap tidak formal. Kalau ia mengunjungi malam sandiwara atau kabaret, tontonan kesayangannya, artis tidak langsung diusir setelah memberi salam.

la mengobrol dulu dengan mereka dan minum- minum. Di situ jelas bahwa ia tahu persis mengenai malam-malam pcrdana dan suka duka artis. Bisa dimengcrti karena dia sendiri juga suka main sandiwara di teater istana.

Scmua orang di Belanda juga tahu bahwa ia suka makanan camilan dan merokok. Ia sering menuangkan kopi sendiri untuk tamu dan waktu malam mempersiapkan makanan kecil sendiri di istana Soestdjik.

Baca juga: 65 Tahun Berkuasa, Begini Anggunnya Ratu Elizabeth II Ketika Dinobatkan Menjadi Ratu Inggris

Rupanya penyederhanaan dalam protokol dan modernisasi  dalam kunjungan resmi juga mendapat perhatiannya. Ia seperti melakukan kampanye untuk hal itu.

Tahun 1977 di mana-mana, bahkan selama kunjungannya di luar negeri ia selalu naik Ford Granada biru, mobil yang "buruk" dibandingkan dengan limousine kerajaan lain. Pakaiannya juga tidak memberi kesan mewah.

Mungkin ia paling suka dikenang sebagai ratu sederhana, yang dekat di hati rakyatnya. Itu juga tercermin dari pidato pengumumannya untuk turun tahta yang seperti pernyataan seorang ibu kepada anak cucu.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1980)

Baca juga: Kisah Warga Negara Belanda yang Menjadi Jugun Ianfu Bagi Tentara Jepang di Indonesia