Find Us On Social Media :

Bikin dan Sebarkan Berita Palsu saat Pilpres AS, Remaja Ini Raup Miliaran Rupiah

By Ade Sulaeman, Senin, 28 November 2016 | 16:05 WIB

Cara Mendeteksi Berita Hoax.

Intisari-Online.com - Perang opini di media sosial dengan memanfaatkan berita, termasuk berita palsu alias hoax, memang umum terjadi menjelang pemilihan umum di berbagai penjuru dunia. Tidak terkecuali di negara maju Amerika Serikat, yang baru saja mengadakan pemilihan presiden (Pilpres).

Lalu, siapa yang diuntungkan dengan berita-berita palsu tersebut? Bisa saja salah seorang kandidat. Namun, yang jelas, mereka yang sudah pasti mendapatkan keuntungan dari berita-berita palsu tersebut adalah para pembuatnya. Keuntungan berupa materi yang mencapai miliaran rupiah. Wow.

(Baca juga: Duh! Kebanyakan Pelajar Tidak Mengenali Berita Palsu di Media Sosial)

Menariknya, berdasarkan penelusuran Channel 4, konten-konten palsu tersebut ternyata dibuat oleh para remaja, yang melakukannya tanpa kepentingan politis sedikit pun.

Victor, salah seorang remaja 16 tahun pembuat berita-berita palsu tersebut, mengakui dirinya hanya sekadar mencari uang tambahan serta “membunuh kebosanan”.

Bersama ratusan remaja lainnya, Victor menjadi editor di media-media yang secara sengaja diciptakan untuk menyajikan berita-berita palsu. Victor sendiri mengaku bekerja di situs Total News.

Tentunya sangat menggiurkan bisa memperoleh pendapatan, yang tid

(Baca juga: Yuk Jadi Pembaca Cerdas! Begini Caranya Mengenali Berita Palsu)

Apalagi, kebanyakan remaja tersebut memang tidak memiliki banyak aktivitas, sehingga mereka bisa dengan leluasa merekayasa berita dari rumah mereka masing-masing.

Khusus untuk Victor, yang berasal dari Makedonia, kebanyakan berita palsu yang dia buat cenderung menguntungkan Donald Trump. Meski dia sendiri mengaku tidak terlalu peduli dengan Trump atau siapa pun yang akan memenangi Pilpres AS.

Dia, dan beberapa remaja pembuat berita palsu lainnya, hanya menyediakan berita yang memang ingin dibaca dan dibutuhkan oleh pendukung Trump.

“Mereka kehausan mencari artikel-artikel seperti itu. Mereka (hanya) ingin membaca berita baik soal Donald Trump,” tutur Victor.