Intisari-Online.com - Di sore bulan November ini, aku berdiri di pekarangan rumah dengan kaki yang tenggelam di dalam dedaunan, hampir mencapai pergelangan kaki. Pohon-pohon nyaris semuanya botak. Aku sudah siap dengan sapu serta kerukan untuk membersihkan daun-daun sebelum akhirnya salju akan tiba. Aku menganggap ini sedang bermain dengan alam dan aku mensyukurinya.
Aku menikmati setiap bau daun kering yang berserakan, keindahan bulan November, dan kesempatan bermain serta berolahraga dengan kegiatan seperti ini. Mungkin sulit untuk menerima dan bersyukur untuk hal ini, namun lakukanlah dengan senyum dan biarkan pikiran berkeliaran kemana pun.
Ada banyak hal di dalam pikiran yang akhirnya muncul dan kemudian aku syukuri. Mulai dari mendapatkan tidur yang nyenyak serta hangat, spageti untuk makan malam setelah pulang dari tempat ibadah di hari Minggu, pelukan dan ciuman dari anak, kekuatan dari ayah, anjing peliharaan yang bermain senang, koleksi buku, teman-teman yang membuat tawa, melewati masa sulit dan senang. Jutaan kenangan membuat saya lebih bersyukur atas pemberian Tuhan.
Tidak pernah terlambat untuk bersyukur. Yang perlu diasah adalah perasaan peka terhadap hal sekitar yang perlu disyukuri. Biarkan rasa syukur memenuhi hati. Bersyukur akan membuat kita merasa lebih dekat dengan Tuhan dan akan menjadikan kita lebih bahagia. Dua kata yang menjadi doa paling kuat setiap harinya adalah “Terima kasih!”