Find Us On Social Media :

Rencana Demo 4 November: Inilah Demo-demo Monumental yang Pernah Terjadi di Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 31 Oktober 2016 | 18:08 WIB

Demonstrasi di Jakarta

Intisari-Online.com - Lini masa media sosial tengah ramai dengan pemberitaan persiapan demo 4 November yang akan dilakukan di Jakarta pada 4 November 2016 nanti. Demo yang direncanakan oleh salah satu ormas Islam ini menyasar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnawa alias Ahok yang mereka dakwa telah melecehkan Al-Quran.

Terlepas dari demontrasi yang entah-jadi-apa-tidak ini, Indonesia sejatinya sudah sangat akrab dengan aksi demo atau demontrasi. Bahkan, kita tahu, perubahan-perubahan signifikan yang terjadi di negara ini pasca-proklamasi berawal dari aksi-aksi yang identik dengan aksi turun jalan ini.

Ada demonstrasi 1966, ada demonstrasi 1974, dan yang paling terkenal adalah demonstrasi 1998. Dengan tidak bermaksud mengecilkan aksi-aksi lainnya, empat babakan demontrasi itu rasanya adalah yang paling monumental.

Demonstrasi 1966 (Tritura)

Khalayak lebih mengenalnya dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Ini merupakan tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Aksi ini kemudian diikuti oleh Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI). Kemudian ikut mendompleng belakangan yaitu Angkatan Bersentara Republik Indonesia (ABRI).

Selain soal ganjing-ganjing 1 Oktober 1965, kondisi Indonesia disebut sudah sangat parah, baik ekonomi maupun politik. BBM melambung tinggi, harga barang naik, dan lain sebagainya.

Adapun isi Tritura adalah:

  1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
  2. Perombakan kabinet Dwikora
  3. Turunkan harga sembako

Tuntutan pertama dan kedua sejatinya sudah pernah diserukan oleh KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sementara tuntutan ketiga, baru diserukan saat itu juga, karena dianggap mewakili kepentingan orang banyak.

Pada 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru.

Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Soekarno, seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim meninggal. Pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura akhirnya diikuti keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.