Find Us On Social Media :

Selamat dari Kanker Otak, Bethany Thompson Memilih Bunuh Diri Setelah Tidak Tahan Di-"bully"

By Mentari Desiani Pramudita, Senin, 31 Oktober 2016 | 12:30 WIB

Bethany Thompson memilih bunuh diri setelah tidak tahan dengan bully-an teman-temannya.

Intisari-Online.com- Sebenarnya bunuh diri bukanlah sikap teladan yang dilakukan. Apalagi jika Anda sudah diberi kesempatan untuk bertahan hidup dari penyakit mematikan yaitu kanker otak. Namun, gadis berusia 11 tahun ini lebih memilih bunuh diri karena tidak tahan di-bully teman-temannya.

Bethany Thompson, gadis berusia 11 tahun ini pernah menderita kanker otak pada usianya yang ketiga. Di usia sebelia itu, Bethany menjalani operasi hidup dan mati selama berjam-jam. Hasilnya, ia berhasil selamat dari maut.

Delapan tahun pascaoperasi tersebut, ia menjalani hidupnya seperti gadis lain pada umumnya. Bersekolah dan bermain. Namun ternyata, ada satu hal yang disembunyikan Bethany dari kedua orangtuanya, Paul Thompson dan Wendy Feucht. Ia ternyata sering di-bully teman-temannya.

Pembully-an ini dikarenakan pascaoperasi pengangkatan tumor di kepalanya, ada bagian dari kepala dan wajah gadis ini ini sedikit bengkok. Ini disebabkan ada saraf di wajahnya yang terkena. Sehingga terlihat ia memiliki kepala dan wajah yang tidak rata.

Inilah faktor penyebab Bethany sering di-bully. Ibunya mengatakan bahwa Bethany memang tidak memiliki teman di sekolahnya. Ialah tempat sang anak bercerita. Wendy sering melihat putrinya murung. Namun tidak juga bercerita.

Puncaknya, Bethany menembak dirinya sendiri di halaman belakang rumahnya di Ohio, Amerika Serikat. Aksi bunuh diri Bethany berlangsung setelah ia pulang dari sekolah menggunakan bus. Sebelum menembak, Bethany mengatakan sangat mencintai kedua orangtuanya. Terutama ibunya yang mau menjadi teman dekatnya berbagi cerita.

Aksi bunuh diri Bethany tentu saja membuat hati Paul dan Wendy bersedih. Anaknya yang sudah sembuh dari kanker otak harus menjalan hidup seperti ini karena wajahnya bengkok. Sementara Paul tidak bisa menahan haru. “Anakku pantas mendapatkan hidup yang lebih baik,” ungkapnya.

Peristiwa ini ditangani oleh inspektur Chris Piper. Menurut Chris, Bethany mengalami pembully-an dari tahun lalu di sekolahnya Triad Middle School. Namun, kasus ini diklaim telah selesai.

“Katanya sudah pernah diselesaikan. Oleh sebab itu, tidak ada bukti tentang bullying di sekolah ini,” ungkap Piper.

Untuk ke depannya, pihak kepolisian berjanji akan mengadakan edukasi di sekolah-sekolah tentang anti bullying. Sehingga kasus seperti Bethany tidak terjadi lagi.