Find Us On Social Media :

Sukmawati Soekarnoputri: Bapak Menangis Karena Mendengar Kabar Pembunuhan Massal Terkait G30S

By Ade Sulaeman, Minggu, 2 Oktober 2016 | 11:30 WIB

Sukmawati Soekarnoputri: Bapak Menangis Karena Mendengar Kabar Pembunuhan Massal Terkait G30S

Aneh, padahal tidak boleh ada truk dan senjata api di lingkungan istana. Hanya ajudan bapak saja yang boleh membawa senjata di Istana.

Keadaan semakin mencekam. Di dalam istana hanya ada kakak saya Rahmawati dan adik saya Guruh.

Tidak lama kemudian seorang ajudan menyuruh kami berkemas untuk meninggalkan Istana. Kami diantar ke rumah Ibu di Jalan Sriwijaya.

Saat keluar dari Istana, memang banyak tentara tak dikenal berjaga di depan pagar. Dari rumah, kami diminta untuk menemui Bapak di kawasan Halim.

Kami akhirnya bertemu. Saya melihat ekspresi bapak saat itu sangat berbeda. Ekspresi yang tidak pernah saya lihat sejak peristiwa percobaan pembunuhan Bapak pada 30 November 1957 di Perguruan Cikini.

Siang hari itu, wajah Bapak kusut. Ada kesedihan dan kekalutan. Perasaan saya mengatakan ada sesuatu yang tidak benar sedang terjadi.

Saat berada di Halim, saya melihat Bapak ditemani oleh para panglima tentaranya, kecuali Jenderal Ahmad Yani saja yang tidak hadir di situ.

Kemudian bapak menyuruh saya untuk menemui Ibu yang sedang berada di Bandung. Setelah hari itu hidup saya berjalan seperti biasa.

Tahun 1967, kami sekeluarga harus keluar dari Istana. MPRS mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 yang isinya pencabutan kekuasaan Presiden Soekarno atas segala kekuasaan pemerintah negara dan mengangkat pengemban Supersemar sebagai presiden, yakni Soeharto.

Setelah itu, Bapak dikenai tahanan kota dan menetap di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala, Jakarta) sampai akhir 1967.

Pada awal 1968, Soekarno dikenai tahanan rumah dan dibatasi aktivitasnya, termasuk untuk bertemu keluarga.

Bapak pernah mengatakan kepada saya bahwa dia sangat merasa kesepian. Banyak menteri yang masih setia kepadanya diciduk oleh Pemerintah.