Penulis
Oleh Dien Nurdini
Intisari-Online.com - Keramahan orang Jepang sangat mengagumkan. Tidak hanya yang tinggal di kota kecil dan pedesaan ramah, tapi juga mereka yang bermukim di kota- kota besar.
Begitulah pengalaman saya selama tinggal di Chiba, kota yang berjarak 30 menit perjalanan kereta api dari Tokyo.
Seperti halnya Jakarta, Tokyo adalah kota yang sibuk. Setiap harinya orang-orang berlalu lalang dengan langkah yang tergesa.
Ada juga kaum komuter yang membuat kereta selalu padat pada jam masuk dan pulang kerja. Setiap orang tampak memiliki kesibukan sendiri, entah dengan ponselnya maupun pikirannya.
Namun, jika kita kebingungan arah dan menegur mereka untuk bertanya maka tampaklah perbedaannya dengan yang biasa dirasakan di kota-kota sibuk Indonesia.
Cukup dengan kata sumimasen yang artinya maaf atau permisi, maka siapa pun orangnya pasti segera tersigap, berhenti dari kegiatan mereka, dan berfokus pada pertanyaan yang hendak kita katakan.
Orang-orang tua biasanya lebih ramah lagi. Pernah saya dan keluarga hendak mengunjungi Tokyo Camii Mosque, masjid tertua di Jepang untuk salat Jumat di sana.
Ketika kami tampak kebingungan melihat peta petunjuk arah, tiba-tiba ada nenek yang sedang lewat di kejauhan setengah berteriak menyapa kami, “Mosque?” katanya.
Tanpa diminta dia menghampiri dan menjelaskan arah dengan bahasa Jepang. Tentu saja kami tidak mengerti bahasanya.
Namun, karena melihat gayanya yang ekspresif mau tidak mau kami mengangguk-angguk sok paham sambil mengiyakan “Haik, haik!”
Semakin ke pinggiran, keramahan orang Jepang semakin terasa. Saya pernah dikejar ibu-ibu ketika saya sedang berkelana di Kakunodate, kira-kira tiga jam dari Tokyo dengan kereta api cepat Shinkansen.
Ternyata ibu tersebut mengamati saya yang sedang bermain dengan sakura yang berguguran.
Dengan bahasa Jepang yang juga ekspresif dia berusaha menunjukkan bahwa tidak jauh dari situ, di pinggir sungai, ada sakura tunnel yang sedang mekar-mekarnya.
Lambat laun kehangatan-kehangatan yang ditunjukkan orang-orang Jepang tersebut pelan-pelan memasuki hati saya, membuat saya mau tidak mau kerasan di negara ini.