Penulis
Intisari-Online.com- Semakin banyak ilmuwan, ahli perawatan kesehatan, dan warga yang berpendapat bahwa frekuensi dari telepon seluler, jaringan listrik, dan lain-lain dapat mengganggu kesehatan.
Namun sebenarnya ada sumber pencemar terbesar yang luput dari perhatian: matahari.
Pada waktu-waktu tertentu, aktivitas matahari juga bisa memperparah masalah kesehatan mental.
Dilansir dari beyondsciencetv.com, setiap 10-11 tahun, jumlah bintik matahari meningkat dari 0 (seperti yang terjadi pada tahun 2008) ke tingkat tertinggi di atas 400.
Sementara bintik matahari itu sendiri tidak mempengaruhi Bumi, jilatan api matahari dan gangguan lain yang memancar dari matahari selama peningkatan bintik matahari sangat mempengaruhi.
Peningkatan itu sekaligus meningkatkan jumlah partikel (elektron dan proton) dan radiasi cahaya berbahaya (ultraviolet dan sinar-x), yang dikenal sebagai badai matahari.
Jika bukan karena medan magnet dan atmosfer, Bumi pastinya sudah kering terbakar.
Badai ini, meskipun terjadi dalam hitungan menit mempengaruhi gelombang otak dan tingkat hormon.
Baca Juga:Bus Malam Lebih Mewah dari Pesawat, Kemewahan Kabinnya Bikin Takjub!
Akibatnya ialah menimbulkan sejumlah reaksi yang berbeda, terutama pada laki-laki.
Sementara bagi wanita umumnya tampak kurang terpengaruh, meski beberapa wanita benar-benar terpengaruhi juga.
Bereaksi terhadap perubahan kadar hormon, beberapa pria mungkin menjadi semakin mudah marah dan agresif, sementara yang lain malah menjadi lebih kreatif.
Peningkatan aktivitas matahari ini sekaligus meningkatkan episode psikotik pada individu yang memiliki ketidak stabilan psikologis.
Baca Juga:Menurut Tokoh Lebanon Ini, Solusi Bagi Israel adalah Lenyap dari Muka Bumi
Namun reaksi ini tidak hanya terisolasi untuk beberapa individu yang sangat sensitif atau tidak beruntung.
Bukti juga menunjukkan bahwa perang dan konflik internasional paling sering terjadi ketika bintik matahari cepat terbentuk.
Selain itu, peningkatan aktivitas matahari juga berkorelasi dengan lebih banyaknya kecelakaan, penyakit, peningkatan kejahatan dan pembunuhan.
Seluruh biosfer dipengaruhi oleh polusi elektromagnetik ini, dan perilaku manusia nampaknya terpengaruhi juga.
Baca Juga:Klaim Miliki Nuklir Ternyata Militer Cina Lemah, Ini Dia 5 Alasannya
Pelacakan Badai
Untungnya, tidak semua badai geomagnetik mengganggu, beberapa juga memiliki manfaat.
Namun seiring waktu, keadaan dan aktivitas matahari juga dapat mempengaruhi periode konflik di bumi.
Baca Juga:Tak Hanya Jadi Prajurit Militer, Inilah 10 Fakta Wanita Israel yang Jarang Diketahui
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa tampaknya selalu ada perang di suatu tempat.
Namun catatan menunjukkan bahwa periode konflik meningkat dan menurun dalam siklus yang hampir teratur.
Pada awal 1915, beberapa ilmuwan mulai mengenali hubungan antara aktivitas matahari dan perilaku manusia.
Pekerjaan ini dimulai oleh ilmuwan Rusia Alexander Chizhevsky.
Baca Juga:Misteri Evolusi Buaya Menjadi Lumba-lumba Akhirnya Terungkap Juga
Dia mengamati bahwa perubahan massa dalam perilaku manusia berkorelasi dengan siklus bintik matahari.
Pada 1930-an, Profesor Raymond Wheeler, seorang sejarawan di Universitas Kansas, mengambil pengamatan ini selangkah lebih maju.
Penelitiannya ungkap data keparahan pertempuran individu yang terkait dengan siklus matahari.
Datanya dianalisis secara statistik oleh Edward Dewey, yang mengesahkan keberadaan siklus perang ini.
Dengan ini dapat dilihat bagaimana matahari dapat memengaruhi mekanisme fisiologis, seperti perubahan ritme otak dan tingkat keabnormalan hormon.
Dengan kata lain, perang adalah semacam psikosis massal.
Baca Juga:Inilah Gonzales si Raksasa Gulat yang Berseteru Terus Menerus dengan Lawan hingga Kematiannya