Find Us On Social Media :

Cerita Kriminal Almarhum Menuntut Keadilan (3): Sidik Jari Orang Mati

By Birgitta Ajeng, Kamis, 4 Desember 2014 | 20:15 WIB

Cerita Kriminal Almarhum Menuntut Keadilan (3): Sidik Jari Orang Mati

Ketika rekonstruksi séance akan dilakukan, Canette masuk ke dalam ruangan. Tetapi polisi membentaknya, "Masa lampau Anda telah kami ketahui. Jika tak mau ambil bagian dalam rekonstruksi, Anda akan kami tahan sebagai pembunuh Janos."

Meja dibersihkan dan semua yang dahulu menghadiri seance maut  Kecuali Janos tentu saja, yang kini digantikan oleh polisi Rousseau) meletakkan tangan mereka di atas meja. Segala-galanya dilakukan tepat seperti pada malam pembunuhan. Rafael Cortez diikat pada kursinya, seperti dulu juga.

Baru saja polisi mengamat-amati cara duduk dan sedang memberi komentar bahwa Janos tak mungkin ditusuk oleh orang yang berhadapan dengannya mengingat garis tengah  meja yang cukup panjang, tiba-tiba lampu mati.

"Cepat! Nyalakah lagi lampunya!" perintah Dufresne kepada seorang anak buahnya.

Tiba-tiba terdengar teriakan dari kejauhan, "Jangan sekali-kali bergerak!"

Seketika itu juga Madame Lafargue menjerit, "Si pembunuh! Si pembunuh! Itulah suaranya!"

"Siapa kau?!" teriak Dufresne keras. Terdengar lagi, "Rafael Cortez, Rafael Cortez, La muerte esta aqui! (Almarhum di sini). Ingat pada Josetta!"

Menyusul kemudian erang orang kesakitan. Semua hadirin berteriak dan menjerit. Terdengar bunyi kursi-kursi yang jatuh dan terbalik.

"Gunakan lampu senter!" teriak Dufresne putus asa. Baru setelah itu seorang hadirin sadar dan menyorotkan senternya. Nampak para peserta rekonstruksi kejahatan gemetar dan saling berpegangan tangan, sedangkan Rousseau memegang pistolnya.

Ketika berkas cahaya jatuh pada Canette, jelaslah apa yang telah terjadi. Medium itu terkulai di depan kursinya, tertahan oleh tali-temali yang mengikat tubuhnya. Di tengkuknya tertancap pisau belati dan di atas kepalanya yang botak terlihat bekas merah sebuah tangan.

“Nyalakan lampu," perintah Bertillon. "Masakan cuma ada satu lampu senter," tambahnya. "Tenang! Pintu jangan dibuka sebelum segelnya diperiksa."

Lambat laun hadirin agak tenang. Dengan seorang rekan, Rousseau turun ke bawah untuk menyelidiki mengapa lampu mati. Maka diambillah lampu dari mobil polisi yang diparkir di halaman rumah. Paul Canette diperiksa lebih lanjut. Pisau ternyata tertanam di celah-celah tulang lehernya. Dokter yang segera datang hanya dapat menyaksikan bahwa medium itu sudah tak bernyawa.