Masih Banyak Pengganti Nasi

Agus Surono

Penulis

Masih Banyak Pengganti Nasi

Intisari-Online.com- Nasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sudah dianggap setarikan napas dengan keseharian. Belum merasa "makan" jika belum menyantap nasi. Padahal sudah makan roti, ubi, atau oatmeal.

Selama ini kita menganggap nasi adalah makanan yang boleh dikonsumsi secara bebas. Tak perlu petungan(hitung-hitungan). Kita menganggap makanan yang perlu dibatasi konsumsinya adalah makanan yang berlemak dan berkolesterol tinggi. Padahal konsumsi nasi yang berlebihan bisa menimbulkan penyakit. Jadi, efeknya sama buruk dengan lemak dan kolesterol.

Nasi memiliki indeks glikemik khas yang tinggi. Indeks glikemik adalah ukuran yang menyatakan besarnya pengaruh suatu makanan terhadap peningkatan kadar gula darah. Makin tinggi indeks glikemik makin besar pula pengaruh makanan itu dalam meningkatkan kadar gula darah. Angka ini menjadi penting karena berkaitan dengan diabetes.

Jika dikonsumsi berlebihan nasi bisa mengakibatkan bermacam penyakit yang berkaitan dengan lemak seperti penyakit jantung koroner, lemak darah tinggi, diabeter melitus, dan perlemakan hati. Mengapa itu bisa terjadi? Karena ketika tubuh mengalami kelebihan karbohidrat, kelebihan itu bisa diubah menjadi lemak.

Agar terhindar dari penyakit-penyakit metabolik tersebut kita bisa melakukan beberapa langkah berikut yang disarikan dr. Mohammad Caesario dalam rubrik "Tanya - Jawab"-nya di majalah Intisari.

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan, kirimlah pertanyaan ke dr. Mohammad Caesario melalui surel intisari@gramedia-majalah.com dengan judul "Konsultasi Dokter Rio".