Find Us On Social Media :

Hiu Paus, Raksasa Misterius yang 'Doyan' Menyambangi Papua

By Ade Sulaeman, Jumat, 26 Mei 2017 | 12:30 WIB

Hiu Paus, Raksasa yang Misterius

Intisari-Online.com - Rhincodon typus, nama ilmiah dari hiu paus, tergolong dalam jenis ikan terbesar di dunia. Panjang reratanya 15 meter dengan berat sekitar 22 ton. Bahkan ada juga memiliki panjang lebih dari 20 m dan berat 34 ton, rekor ikan terbesar di dunia.

Perkiraan usia hidup ikan yang memiliki motif totol di seluruh tubuh bagian atasnya ini antara 60 hingga 100 tahun. Tapi, ukuran itu hanya perkiraan. Kalaupun ada hiu yang diukur dalam kondisi diam, karena terdampar atau tertangkap nelayan, ukuran yang diperoleh cenderung lebih besar dari seharusnya karena dalam kondisi mati.

Meski digolongkan sebagai hiu, hiu paus tidaklah berbahaya bagi manusia. Ikan yang pertama kali ditemukan tahun 1829 di pantai Afrika Selatan ini tidak memiliki gigi-gigi yang besar dan tajam, melainkan gigi-gigi kecil sebanyak 3.000 gigi. Maklum, meski termasuk bermulut besar (dalam arti sebenarnya), hiu paus hanya memakan plankton dan ikan-ikan kecil seperti teri.

Nama “hiu paus” sendiri didasari atas ciri-ciri fisiologinya yang sama dengan jenis hiu pada umumnya, namun dalam hal ukuran dia sebesar paus. Meski menggunakan insang untuk bernafas, hiu paus tidak perlu bergerak terus-menerus untuk bernafas. Dia hanya perlu mengisap air melalui mulutnya untuk kemudian disaring dalam insang.

Meski dinyatakan sistem reproduksinya ovovivipar (bertelur dan beranak), tidak pernah ada informasi pasti mengenai berapa lama dia mengandung, dimana dia melahirkan, serta berapa jumlah anak yang dikandung dalam satu siklus. Data yang pernah ditemui hanya ketika hiu paus betina yang sedang hamil ditangkap di Taiwan. Saat itu ditemui 300 embrio yang berukuran 48-58 cm.

Beberapa penelitian masih dilakukan untuk menggali lebih banyak informasi mengenai hiu. misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dr. Brent Stewart, seorang peneliti di bidang biologi dari Hubbs-Sea World Research Institute (HSWRI), San Diego, California. Brent meneliti perilaku hiu paus di Indonesia, Maldives, Australia, Filipina dan Kenya.

Salah satu temuannya adalah terlihatnya pola yang sama dari jenis kelamin serta usia hiu paus yang ditemui. Hampir di semua tempat, yang ditemukan hanya hiu paus jantan yang masih remaja. Bahkan untuk hiu paus betina, berbagai usia, lebih sulit lagi ditemukan. Sebagai contoh, dari 30 hiu paus yang dipasangi tag, hanya satu hiu paus betina.

Pergerakan mereka umumnya sangat aktif, baik secara vertikal maupun geografis. Secara vertikal mereka selalu berenang naik-turun di laut dengan kedalaman 100 meter. Sesekali mereka juga berenang ke laut dalam, hingga kedalaman 1.000 meter. Bahkan, salah satu hiu paus di Australia mencapai kedalaman 2.000 meter. Umumnya mereka jarang berenang di permukaan, tidak seperti hiu paus yang ditemukan di Kwatisore.

Untuk pergerakan secara geografis, daerah jelajah mereka sangat luas. Pola pergerakannya cenderung bergerak dari utara ke selatan, dan sebaliknya di perairan yang bersuhu 30 derajat, walau ada juga yang berada di perairan bersuhu 10 derajat. Di Maldives ada hiu paus yang bergerak sejauh 450 mil (sekitar 720 km) dalam lima hari. Namun, meski di area yang sama, mereka cenderung bergerak secara soliter. Selain itu mereka jarang berpindah wilayah, misalnya dari Filipina ke Australia.

Keberadaan hiu paus jantan muda dan dewasa, betina berbagai usia, lokasi mereka bereproduksi dan melahirkan, serta beberapa elemen lainnya masih menjadi misteri. “Mungkin anak-cucu kita yang baru menemukan informasi utuh tentang hiu paus ini,” ujar Brent mengakhiri penjelasannya mengenai hiu paus. Semoga. (Intisari)