Find Us On Social Media :

Awas, Setelah Sahur Jangan Langsung Tidur!

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 26 Mei 2017 | 19:30 WIB

Habis Sahur Jangan Langsung Tidur

Intisari-Online.com – Kerap kali kekhusyukan ibadah puasa terganggu oleh masalah kesehatan. Waktu berbuka puasa masih lama tetapi perut sudah terasa keroncongan.

(Baca juga: Sesekali Kita Perlu Puasa Media Sosial)

Belum lagi masalah perut kembung. Mungkin ini terjadi karena kita melakukan hal yang tidak seharusnya saat sahur, salah satunya adalah habis sahur jangan langsung tidur.

Menurut kacamata ilmu gizi, seharusnya tidak ada perbedaan pola makan saat berpuasa dan saat tidak berpuasa.

“Perbedaannya hanyalah waktu makan yang berubah. Perlu diingat, puasa adalah ibadah, sehingga seharusnya tidak ada perbedaan pola makan dengan bulan-bulan lainnya,” ungkap dokter ahli gizi Tirta Prawita Sari dalam acara buka bersama media.

Panduan makan yang sehat saat berpuasa pun sejatinya sama dengan saat tidak berpuasa. “Masalah yang dihadapi saat puasa adalah dehidrasi dan menjaga agar perut tidak kelaparan dari pagi sampai magrib tiba,” katanya.

Masalah dehidrasi bisa dicegah dengan minum yang cukup saat sahur. Dr. Tirta menyarankan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah untuk makan sahur.

Indeks glikemik adalah indikator yang menyatakan cepat tidaknya sebuah makanan mengandung karbohidrat dalam menaikkan kadar gula darah.

Habis sahur jangan langsung tidur, itu yang disarankan. Apalagi, bila ketika sahur menu yang kita pilih adalah daging.

“Pencernaan kita belum selesai bekerja. Akibatnya timbul banyak gas di perut. Perut terasa kembung dan tidak enak sepanjang hari,” ujar Dr. Tirta. 

(Baca juga: Empat Lukisan Misterius di Dunia yang Katanya Bisa Bergerak, Salah Satunya Lukisan Prabu Siliwangi)

Mengonsumsi makanan indeks glikemik tinggi juga tidak disarankan saat sahur, sebab gula darah yang naik tinggi saat sahur justru bikin tubuh jadi cepat lapar.

Sementara makanan dengan indeks glikemik rendah membuat perut kenyang lebih lama.

Contoh makanan dengan indeks glikemik rendah adalah nasi merah, roti gandum, kentang rebus dengan kulitnya, ubi rebus.

Proses pemasakan sejatinya mendongkrak indeks glikemik suatu makanan. “Misalnya nasi yang dimasak jadi bubur, indeks glikemiknya jadi lebih tinggi. Campurlah sumber karbohidrat dengan serat dan kacang-kacangan agar perut kenyang lebih lama,” sarannya.

(Baca juga: Ini Dia Cara Bimbim Berhenti Merokok)

Saat berbuka puasa, barulah kita memilih makanan dengan kadar indeks glikemik tinggi seperti kurma atau buah semangka.

“Ingat, jangan kalap setelah buka puasa. Paling baik, pilih tajil dengan kandungan protein di dalamnya pula,” katanya.

Jadi, perlu diingat agar habis sahur jangan langsung tidur, agar tidak terjadi gas dalam perut yang membuat perut kembung akibat belum selesainya pencernaan bekerja mengolah makanan yang masuk. (Dorothea – kompas.com)