Kehidupan Narapidana No. 7: Paceklik Kalau Giliran Jaga Rusia

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Bagaimana bila Rudolf Hess ingin melarikan diri? Ia harus memanjat tembok setinggi 5,5 meter dan turun setinggi itu di tembok sebelahnya.

Intisari-Online.com – Bagaimana kalau mau melarikan diri? Untuk melarikan diri, "Nomor 7" harus memanjat tembok setinggi 5,50 meter dan turun lagi setinggi itu di tembok sebelahnya.

Kemudian ia harus melewati padang rumput tak rata selebar 10 meter, lalu harus melewati pula sebuah tembok beton setinggi 75 sentimeter yang selama beberapa tahun yang lalu jadi pondasi buat pagar listrik yang setiap bulanhya memerlukan biaya listrik sebesar 20.000 mark (sekitar 7,5 juta rupiah).

Setelah itu "Nomor 7" juga harus menyeberangi padang rumput tidak rata selebar 10 meter lagi dan akhirnya, ia harus menerobos jaringan kawat setinggi 4 meter dengan makota duri-duri kawat.

Namun, sebelum ia berhasil mencapai daerah pelarian sejauh di atas, pasti sudah terdengar letusan senapan mesin yang berasal dari penjaga militer. Penjaga-penjaga itu berada di atas enam buah menara jaga dari tembok sepanjang 1.000 meter, yang dijaga siang malam sejak 18 Juli 1947 dalam enam giliran jaga.

Baca juga: Perempuan Hasil Proyek Peng-Arya-an Eropa: 'Saya Lahir Dalam Peternakan Manusia yang Dibuat oleh Nazi'

Selain karyawan sipil yang tidak diperkenankan berkebangsaan Jerman, baik Jerman Barat maupun Jerman Timur, di penjara itu masih ada 38 penjaga militer dari empat negara penduduk Jerman.

Di bulan Maret, Juli dan November adalah giliran orang Rusia berjaga di situ. Di bulan April, Agustus dan Desember giliran orang Anierika. Di bulan Mei, September dan Januari adalah giliran Inggris, sedangkan di bulan Juni, Oktober serta Februari adalah giliran Prancis.

Sebagian besar serdadu muda yang mendapat tugas jaga di atas menara pada mulanya tidak pernah tahu siapa yang mereka jaga, kecuali mereka yang bertugas di menara nomor 3. Soalnya, menara itu adalah menara satu-satunya yang menghadap ke tempat jalan-jalan "Nomor 7".

Mungkin saat melarikan diri yang agak mudah adalah malam hari. Saat itu, para penjaga sipil yang berambut kelabu bersama-sama Nomor 7" telah tidur, padahal seharusnya mereka memeriksa sel nomor 17 sambil mengintip lewat jendela, setiap 30 menit sesuai peraturan, setelah lampu dipadamkan.

"Nomor 7" bisa saja menyelinap lewat pintu sel yang tak terkunci untuk menyusuri lorong penjara yang akan membawanya ke ujung ruang isolasi sel. Di situ, ada "kepala jaga" yang tidur di atas kursi. Jaket dinasnya yang ada kuncinya bisa dicuri.

Baca juga: Tentang Tiga Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi di Mauthausen

Namun demikian pikiran untuk melarikan diri tidak lagi terlintas dalam benak "Nomor 7". la tidak bisa lagi menuruni tangga seorang diri.

Waktu "Nomor 7" berjalan-jalan di pekarangan, di dapur yang terletak di ruang bawah tanah yang ada di depan gedung penjara, makan siang tengah disiapkan. la diperbolehkan makan apa saja yang disukainya selama makanan itu tidak menyimpang dari aturan dokter yang setiap minggu memeriksanya.

Orang Amerika, Inggris dan Prancis membawa semua makanan mereka dari tangsi. Tapi di saat giliran orang Rusia yang jaga, logistik kurang lancar, sehingga bahan makanan "Nomor 7" terpaksa harus dibeli di toko biasa di Berlin.

Acara TV pun dijatah

Pada pukul 11.30, waktu berjalan-jalan habis. Dengan gerak lamban, kembali ia menaiki tangga pilin, meletakkan tongkat penyangga dan mantel di ruang ganti baju, membuka sepatu, lalu berbaring di tempat tidur.

"Kepala jaga" menata makanan. Sejak beberapa tahun belakangan ini, "Nomor 7" hanya boleh makan dengan pisau di bawah pengawasan. Soalnya, ia pernah dua kali mencoba bunuh diri. Itulah sebabnya untuk acara makan, ia cuma diberi sebuah sendok.

Baca juga: Kisah Pilu Atlet Yahudi yang Menjadi Sasaran Pembantaian Nazi

Setelah makan, ia beristirahat, menulis atau membaca. Di dua sel selanjutnya ada perpustakaan. Di situ ada kira-kira seribu buah buku. Selain politik dan ekonomi,

"Nomor 7" paling suka buku-buku perjalanan ruang angkasa. Soalnya, waktu ia masih bebas sebelum tanggal 10 Mei 1941, jadi kira-kira 43 tahun yang lalu, ketika ia mendaratkan payung terjunnya di padang rumput Skotlandia, ia tergila-gila pada pesawat terbang.

Hal itu diakui semua orang, kecuali Hitler dan orang Yahudi. Perjalanan ke ruang angkasa dianggapnya paling hebat. Di atas tempat tidurnya, ia sampai-sampai menggantungkan tiga peta bulan.

Setelah membaca, kembali lagi acara jalan-jalan yang kedua, lalu makan malam. Selanjutnya tibalah saat nonton televisi. Di muka selnya ada dua sel ganda yang lantainya ditutupi permadani.

Di sebuah sudut ruangan itu tampak sebuah televisi berwarna yang disediakan oleh Sekutu dan dibiayai juga oleh pajak pendapatan orang Jerman Barat. Televisi itu dijalankan dengan remote control. Di pojok lain tampak sebuah kursi kayu.

Baca juga: Simon Wiesenthal Si Pemburu Pasukan SS: Tiada Maaf Bagi Nazi

Seminggu sebelumnya, "Nomor 7" akan memperoleh daftar acara televisi dari Stasiun ARD, ZDF dan siaran televisi Jerman Timur. Ia harus memilih saluran mana yang hendak ditontonnya.

Kalau cuma tergantung negara Sekutu Barat, ia dapat menikmati acara apa saja. Namun Rusia tidak menyetujui hal itu. Maka dari itu acara pilihannya dikirim ke kantor Soviet dan di sana diperiksa serta diserahkan kepada direktur penjara Tschernenkh yang warga negara Rusia.

Yang dilarang adalah segala hal yang ada hubungannya dengan Israel dan Yahudi, segala hal mengenai Jerman Nazi begitu juga warta berita Barat.

"Nomor 7" menyukai tema-tema politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan sepak bola. Rusia akan memberikan catatan mengenai acara televisi yang diizinkan kepada "kepala jaga". Kalau seorang Rusia ada di antara team jaga, maka hal itu akan benar-benar diawasi.

Karena Sekutu Barat selalu memberikan kelonggaran kepada "Nomor 7", maka Rusia kadang-kadang suka mengirim penjaga biasa ke team jaga yang kemudian ternyata berpangkat letnan kolonel di Angkatan Bersenjata Soviet.

Baca juga: Bangunan Rahasia Nazi Baru Terbongkar Setelah 38 Tahun Didirikan di Kanada, Begini Wujudnya

Proyektor film untuk melihat cucu

Sekali sebulan "Nomor 7" boleh menerima tamu selama satu jam atau kalau tamunya dua orang, masing-masing setengah jam. Tamu yang boleh diterima cuma sembilan orang.

Mereka itu adalah istrinya, anak laki-lakinya, pengacaranya (dengan dia, "Nomor 7" tidak boleh membicarakan tentang usaha membebaskan diri) dan enam saudara terdekatnya. Para tamunya dilarang keras bersalaman dengannya.

Namun demikian tiga orang yang membuat semangat hidupnya masih menyala justru tidak boleh ditemuinya. Mereka itu adalah tiga orang cucunya yang berusia tujuh, enam dan empat tahun. Dua perempuan dan seorang laki-laki.

Soalnya, "Nomor 7" yang merasa tak bersalah dan oleh karena itu tak pernah menyesal dan tak pernah minta grasi, tiba-tiba saja menulis surat permohonan pembebasan diri di usia 86 tahun, yakni pada tanggal 11 November 1980, demi ketiga anak-anak kecil itu.

Hal itu dilakukannya untuk pertama kali selama masa tahanannya yang panjang. Alasannya: sebelum mati, ia ingin dekat dengan cucu-cucunya. Upayanya itu telah ditolak Soviet. Pada tanggal 31 Agustus 1982, ia mengulangi lagi permohonannya. Ditolak lagi.

Baca juga: Mengerikan, Museum Kamp Konsentrasi Dachau yang Masih Menyisakan Bau-bau Mayat Bekas Penyiksaan Tentara Nazi

Sebagai gantinya, direksi penjara mengizinkan dipasangnya sebuah proyektor film, sehingga ia bisa menyaksikan anak-anak itu di film.

Pada tanggal 26 April 1984, "Nomor 7" berusia sembilan puluh tahun. Satu-satunya keinginannya di hari ulang tahunnya itu adalah permohonannya yang bolak-balik ditolak kepala penjara.

Ia mohon, agar pada hari itu ketiga cucunya diperbolehkan mengunjunginya. Permintaan itu sekali lagi ditolak. Padahal sejak pemasangan lift rumah sakit itu, ia menyadari dengan pasti bahwa ia akan mati sebagai narapidana.

Peti matinya pun sudah disiapkan di lantai bawah tanah sejak beberapa tahun yang lalu. Sedikitnya, dua dokter Sekutu harus memastikan kematiannya. Dalam waktu dua jam setelah berita kematiannya, jasadnya harus dikremasikan di sebuah krematorium di Berlin.

Peralatan terbang yang dipakainya pada saat ditangkap di Skotlandia, kasur, seprei dan baju-bajunya akan dibakar di pekarangan penjara.

Kemudian, demikian diputuskan oleh Sekutu pada tahun 1946 di pengadilan penjahat perang, penjara yang ongkos pemeliharaannya ditanggung pemerintah Jerman Barat itu (tahun 1984 besarnya sekitar 829 juta rupiah) harus dihancurkan.

(Ditulis oleh Jürgen Steinhoff. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1984)

Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam

Artikel Terkait