Find Us On Social Media :

Duh, Tempat Wisata Satwa Liar di Bali, Lombok, dan Gili Trawangan Dianggap Tak Layak dan Buat Hewan Trauma

By Mentari DP, Rabu, 23 Mei 2018 | 14:30 WIB

 

Intisari-Online.com – Sebuah laporan mengejutkan dirilis oleh World Animal Protection dalam website resmi mereka, worldanimalprotection.org, pada Selasa (22/05/2018).

Menurut organisasi perlindungan hewan tersebut, seekor lumba-lumba telah mengalami trauma.

Sebab lumba-lumba secara rutin "direnggut dari alam liar" dan diangkut ke tempat-tempat hiburan untuk tampil bagi pengunjung.

Untuk mencegah para lumba-lumba melukai para pengunjung dan turis ketika mereka akan “mencium” para turis, gigi mereka dicabut.

Alhasil sikap ini meninggalkan pengalaman traumatis yang dapat dimiliki sang lumba-lumba seumur hidupnya.

Baca juga: Viral Donat Indomie Goreng di Autralia: Rupanya Kreasi Indomie Bermacam-macam, Termasuk Es Krim

Laporan itu menyatakan: “Hanya beberapa ekor lumba-lumba betina dan jantang yang lebih muda masih memiliki gigi. Sementara yang lainnya sama sekali tidak memilikinya.”

“Ketika ditanya dengan pelatih yang menjalankan pertunjukan, diklaim bahwa lumba-lumba tidak tumbuh gigi karena mereka dibesarkan di kolam renang.”

“Tapi itu tidak mungkin dan alasan yang jauh lebih mungkin adalah menghilangkan semua gigi tersebut untuk mencegah para lumba-lumba menggigit pelatih dan turis."

Tidak hanya lumba-lumba, laporan dari The Wildlife Abusement Parks merinci hasil investigasi ke 26 tempat wisata satwa liar Indonesia di Bali, Lombok, dan Gili Trawangan yang menampung 1.500 hewan liar, termasuk gajah, lumba-lumba, dan orangutan.

Seperti inilah hasil laporan tersebut seperti dilansir thesun.co.uk.

1. Semua lumba-lumba disimpan dalam kondisi yang sangat tidak memadai.

Satu kolam kecil, sekitar tiga meter, namun menampung empat lumba-lumba hidung botol.

Ada dugaan kolam tersebut mengandung klorin. Padahal klorin dapat menyebabkan kebutaan bagi mamalia laut.

Ada beberapa lumba-lumba di satu tempat telah kehilangan beberapa gigi mereka atau hilang seluruhnya.

Baca juga: Siswa SD Hamili Siswi SMP: Ini 5 Cara Efektif Mengenalkan Pendidikan Seks Sejak Dini Pada Anak

2. Setiap tempat gajah menawarkan wahana.

Gajah mengalami proses pelatihan yang kejam dan intensif yang melibatkan pengekangan dan rasa sakit yang berat dan traumatis.

Laporan itu menyatakan bahwa 15% gajah mulai menunjukkan gejala perilaku berulang yang abnormal, termasuk gerakan bergoyang.

3. Semua tempat dengan orangutan menawarkan pengalaman selfie.

Para orangutan dipaksa untuk menghibur ribuan wisatawan, banyak dari hewan-hewan ini tidak memiliki kebebasan bergerak, dan peluang untuk interaksi sosial dan kegiatan yang merangsang.

Catatan lain:

- 80% lokasi dengan primata tidak memenuhi kebutuhan dasar hewan liar tawanan

- 100% tempat dengan gajah penangkap, harimau, lumba-lumba atau kucing luwak gagal memenuhi kebutuhan dasar hewan liar

Steve McIvor, CEO World Animal Protection, mengatakan bahwa hasil laporan ini adalah tragedi. Mengingat Bali merupakan salah tujuan wisata yang begitu indah bagi wisatawan.

“Bali adalah tujuan wisatwa yang indah, tapi di sini juga mereka memaksa hewan-hewan liar tertawan untuk bertahan seperti kondisi yang mengerikan,” ucap Mclvor.

“Hewan-hewan liar tersebut diambil dari ibu mereka sejak bayi atau dibesarkan di penangkaran untuk disimpan dalam kondisi kotor, sempit, dan berulang kali dipaksa untuk berinteraksi dengan turis selama berjam-jam.”

Diketahui Inggris merupakan salah satu negara yang paling sering mengunjungi Indonesia. Dilaporkan lebih dari 243.000 orang Inggris mengunjungi pulau itu tahun lalu.

Tetapi para wisatawan mungkin tidak sadar akan kondisi hewan yang sangat tidak pantas.

Baca juga: Meski RUU Terorisme Masih Dibahas, TNI Dipastikan Sudah 'Turun Gunung' Berantas Terorisme