Find Us On Social Media :

Pelajaran dari Hari Hujan

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 24 Februari 2017 | 21:00 WIB

pelajaran dari hari hujan

Intisari-Online.com – Tanggal 26 Agustus 1999, New York City mengalami hujan deras. Kisah berikut ini dikisahkan oleh Grace, seorang pekerja di New York City.

Hujan yang tanpa henti itu menyebabkan jalanan banjir. Sistem kereta bawah tanah New York City terdengar melengking tanda stasiun kereta bawah tanah terendam air. Sayangnya, ini terjadi selama jam sibuk di pagi hari.

Banyak orang yang akan bekerja terdampar dan terpaksa harus pulang. Beberapa berjuang dengan sesama warga New York memanggil taksi atau bus. Yang lain menerjang badai, atau berjalan bermil-mil jauhnya untuk pergi bekerja.

Saya termasuk salah satu orang yang sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja pagi itu. Setelah mengetahui jalur kereta bawah tanah terendam, aku mencoba berlari untuk mencari alternatif siapa tahu ada kereta bawah tanah yang masih beroperasi. Ada. Tapi, sudah banyak kerumunan orang yang antri untuk menaikinya. Saya memutuskan untuk ikut kereta berikutnya. Penuh memang, tapi paling tidak saat itu yang terpikirkan adalah segera sampai ke tempat kerja.

Tapi perjalanan ini belum berakhir. Setelah keluar dari stasiun, saya masih harus berjalan beberapa blok untuk sampai ke kantor. Sementara hujan masih deras, memakai payung pun tidak dapat mengalahkan kekuatan alam. Ketika akhirnya sampai di kantor, saya benar-benar basah kuyup. Saya merasa lelah dan putus asa.

Saya dan rekan kerja hampir menghabiskan sebagian besar waktu hari itu untuk mengeringkan baju. Ketika tiba waktunya untuk pulang, saya menerima sebuah email saat hendak mematikan komputer. Dari Garth, Wakil Direktur. Saya membuka email, dan menemukan pesan berikut:

Saya ingin berterima kasih kepada semua rekan yang sudah berusaha sampai ke kantor dan tetap bekerja. Ini benar-benar meyakinkan saya, bahkan pada saat-saat seperti ini, para karyawan menunjukkan dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaan ini. Terima kasih.

Email Garth itu memang pendek, tapi dari sini saya belajar bahwa pesan singkat itu lebih berarti daripada buku teks. Email tersebut mengajarkan bahwa sebuah kata penghargaan dapat membuat perbedaan besar. Hujan badai dan masalah angkutan telah menyengsarakan saya. Tapi kata-kata Garth segera menyegarkan saya dan membuat saya tersenyum kembali.

Tindakan Garth membuat saya menyadari bahwa kata-kata penghargaan tidak hanya membuat kita merasa lebih baik tapi juga memotivasi dan menginspirasi kita. Setelah membaca email-nya, saya merasa bahwa bekerja hari itu merupakan prestasi yang membanggakan. Basah kuyup dan perjalanan melelahkan tidaklah begitu buruk. Faktanya, email itu membuat seluruh cobaan dalam perjalanan menjadi berharga.

Kadang-kadang kita begitu sibuk dengan hidup kita hingga melupakan kekuatan magis penghargaan. Garh pun terjebak hujan, ia juga harus bertanggung jawab atas karyawan di lima wilayah yang dikelolanya. Namun, ia masih menyempatkan waktu untuk mengirim email terima kasih kepada karyawan atas dedikasi dan usaha ekstra mereka untuk berangkat kerja.

Garth mengajarkan kepada saya bahwa sesibuk apa pun kita tidak boleh lupa menunjukkan penghargaan kepada orang-orang dan mengakui hal-hal positif yang mereka lakukan. (*)