Find Us On Social Media :

Terlalu Pendiam Adalah 1 dari 3 Ciri Orang yang Rawan Direkrut Teroris

By Kontributor 01, Senin, 14 Mei 2018 | 10:45 WIB

Intisari-Online.com - Kabar buruk menimpa Surabaya pada Minggu (13/5/2018) pagi.

Bom meledak di tiga gereja, yaitu Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro 146 dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna.

Berdasarkan keterangan saksi mata, pelaku ledakan Bom di Gereja Kristen Indonesia adalah 1 perempuan dan 2 laki-laki.

Mungkin Anda heran kenapa ada orang-orang yang tega menjadi teroris dan membunuh banyak orang dengan ledakan bom.

Baca Juga: Saksi Mata Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Seorang Wanita yang Pasang Bom di Tubuhnya dan 2 Anaknya, Ngeri

Seperti diketahui seorang teroris adalah sosok yang ikut andil dalam penyerangan dengan senjata, bom, entah sebagai penyusun strategi, perakit bom, pelaku penyerangan/peledakan, dan sebagainya.

Mereka bertindak tanpa memedulikan penderitaan banyak orang yang menjadi korban.

Menurut beberapa ahli, inilah beberapa ciri-ciri orang yang rawan direkrut teroris.

1. Anak muda dan mereka yang krisis kdentitas

Dilansir dari Kompas.com, seorang peneliti dari laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, Mirra Noor Milla, mengatakan bahwa banyak anak muda yang masih labil kondisi kejiwaannya dan sering mengalami krisis identitas.

Selain itu, anak muda kerap merasa bersalah dan mudah dipengaruhi.

Sedangkan kelompok teroris sering mengambil hati para pengikutnya dengan mencuci otak dan memasukkan ajaran sesat soal keagamaan.

Hal inilah yang membuat kelompok teroris memanfaatkan celah anak muda.

"Saat ketemu kelompok yang menyatakan dirinya berdosa, dijatuhkan, membuat mereka down, dan membuat mereka merasa individu yang berdosa. Ini yang ditekankan para mentor," kata Mira.

"Kalau udah seperti itu, terbukalah untuk menerima aliran islam baru," lanjutnya.

Mulanya, anggota baru yang direkrut diajak meyumbang untuk kelompok.

Lama-lama mereka diajak pelatihan untuk berjihad.

Selain itu, menurut peneliti psikologi teror Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gazi Saloom, pelaku teror adalah pribadi normal, bisa berpikir sehat, dan tak punya masalah psikologi.

Namun, mereka mengalami krisis identitas yang dipicu hal-hal psikologis, seperti kehilangan sesuatu, seseorang, atau sedang mengalami kegagalan.

Baca Juga: Polri Himbau Masyarakat Tak Sebar Foto Korban Bom Surabaya: Inilah 3 Bahaya Menyebar Foto Korban Bom

2. Orang-orang yang kurang toleransi agama

Dilansir dari Kompas TV, seorang peneliti terorisme, Rakyan Adibrata mengungkapkan bahwa kebanyakan pelaku teroris adalah mereka yang kurang toleransi agamanya.

Orang yang kurang menghargai perbedaan agama dinilai kurang memiliki rasa kemanusiaan, sehingga mudah jatuh dalam terorisme.

3. Orang introvert dan pendiam

Kasubdit Napi Deradikaslisasi BNPT, Kolonel Sigit Karyadi pernah mengatakan, kelompok teroris ISIS mengincar orang-orang yang memiliki karakter pendiam untuk direkrut menjadi anggota.

Adapun yang sulit direkrut oleh kelompok ISIS, yakni orang yang memiliki sifat humoris dan bisa bergaul dengan mudah di sekitar lingkungannya.

Selain itu, menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, orang yang direkrut cenderung submisif, mudah menerima sesuatu, tidak kritis dan pendiam.

Tito pun pernah menanyakan kelompok teroris, mengapa hanya segelintir orang yang diajak dalam pengajian.

"Katanya, 'Cerewet, Pak, nanyanya banyak sekali. Tidak masuk yang kami cari'. Yang masuk kriteria itu yang mudah menyerah, menurut, didoktrin sedikit dan disuruh bawa bom, ledakkan diri, oke," kata Tito. (Intisari-Online.com/ Juwita Imaningtyas)

Baca juga: Halangi Teroris yang Mau Masuk Gereja, Aloysius Bayu Rendra Wardhana Relakan Tubuhnya Hancur di Bom