Find Us On Social Media :

Ketika Kim Jong Un dan Donald Trump Akan Bertemu di Singapura, Militer Israel-Iran Malah Bentrok di Suriah

By Agustinus Winardi, Jumat, 11 Mei 2018 | 15:30 WIB

Intisari-Online.com - Teka-teki pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin Korut, Kim Jong Un, akhirnya terjawab.

Dilansir dari cnn.com (11/5/2018), keduanya sepakat untuk bertemu di Singapura pada 12 Juni 2018 mendatang.

Pertemuan dua pemimpin yang lokasinya tidak jauh dari Indonesia itu, sebenarnya merupakan pertemuan yang ‘tidak seimbang’ mengingat Presiden Trump adalah pemimpin negara adidaya.

Sedangkan Kim Jong Un merupakan pemimpin negara yang oleh AS sendiri masih dikatergorikan sebagai ‘negara ketiga’.

Tapi dia mampu menggiring Presiden Trump untuk bertemu dan menjadi perhatian dunia internasional terkait program nuklir Korut.

Baca juga: Trump Putuskan AS Keluar dari Kesepakatan Nuklir dengan Iran, Harga Minyak Langsung Bergejolak

Kehadiran Kim Jong Un ke Singapura bisa dipastikan merupakan kepergiannya yang terjauh setelah pada bulan April 2018.

Sebelumnya Kim melawat ke China dan kemudian menyebarangi garis Demarkasi Militer di Panmunjom untuk bertemu Presiden Korsel, Moon Jae in.

Keberadaan Kim Jong Un di Singapura yang berjarak 5.000 km dari Korut untuk bertemu Presiden Donald Trump tampaknya sudah bisa mengindikasikan bahwa Kim Jong Un akan sangat kooperatif dan menuruti poin-poin yang diajukan oleh Trump.

Khususnya opsi penghentian program nuklir Korut dan penyelesaian Perang Korea secara tuntas.

Pihak Korut sendiri pada Rabu (9/5/2018) telah memulangkan 3 tahanan warga AS dalam kondisi sehat dan ketiga orang itu juga sudah bertemu dengan Presiden Trump dalam suasana suka cita.

Maka bisa diprediksi pertemuan antara Kim Jong Un dan Donald Trump di Singapura secara formalitas tinggal melakukan tanda tangan saja lalu menikmati jamuan makan bersama sambil beramah-tamah.

Dan bisa dipastikan tidak akan saling mengolok-olok lagi.

Baca juga: Korsel Tegaskan Kim Jong-un akan Tutup Program Nuklirnya, Donald Trump Malah Kebingungan Khawatir Kecele

Tapi di tengah perkembangan konflik Semenanjung Korea dan nuklir Korut yang makin mengarah ke suasana damai, militer Israel dan pasukan Iran yang berpangkalan di Suriah malah saling bentrok, dilansir dari dailymail.co.uk (11/5/2018).

Israel selama ini memang tidak terima dengan penerbangan UAV milik pasukan Iran di Suriah, yang kerap terbang di udara Israel untuk melaksanakan misi mata-mata.

Israel pun sudah beberapa kali melancarkan serangan udara untuk menggempur pangkalan militer Iran di Suriah sehingga menimbulkan korban jiwa.

Militer Iran memang secara terus-terang mendukung pemerintahan Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar Al Assad yang beraliran syiah.

Untuk membalas serangan udara Israel, pasukan Iran di Suriah pun telah menembakkan puluhan roket ke perbatasan Dataran Tinggi Golan dan Israel.

Dalam perkembangan terkini, Israel bahkan sengaja mengungkit bahwa Iran kembali meneruskan program nuklirnya demi menarik perhatian Presiden Donald Trump.

Oleh karena itu, jika bentrok militer antara Israel dan Iran di Suriah makin menjadi-jadi, konsentrasi Presiden Trump untuk bertemu Kim Jong Un juga bisa terganggu.

Apalagi jika Iran tidak mau menuruti tekanan AS untuk menghentikan program nuklirnya.

Dalam hal ini, Presiden Trump bisa mendadak pusing dan mendapat masalah baru mengingat Iran telah bersekutu dengan Rusia dan juga China.

Pasalnya Presiden Trump yang sudah merasa puas karena bisa menangani program nuklir Korut, harus siap-siap lagi terkait program nuklir Iran.

Apalagi sepak terjang militer Israel yang suka bertindak semaunya sendiri juga masih sulit dikendalikan oleh AS.

Baca juga: Kim Jong Un Janjikan Penghentian Program dan Uji Coba Nuklir, Donald Trump Senang Tapi Tetap Belum Percaya