Advertorial
Intisari_online.com - Antara pertengahan bulan Mei hingga Juni 2018, Presiden AS Donald Trump sedang merasa suka cita karena solusi damai terkait masalah penghentian program nuklir Korut (denuklirisasi) tinggal di depan mata.
Presiden Trump memang sedang merasa di atas angin dan menang.
Pasalnya setelah melakukan berbagai ancaman militer serta mendorong PBB untuk melaksanakan embargo ekonomi secara ‘lebih kejam’ ke Korut, pemimpin Korut Kim Jong Un akhirnya menyerah dan bersedia menghentikan program nuklirnya sekaligus menyelesaikan Perang Korea.
Meskipun klaim Donald Trump itu dibantah Kim Jong Un, karena Korut menghentikan program nuklir berdasar keinginannya sendiri dan bukan akibat tekanan AS.
Namun demikian Presiden Trump tampak tidak peduli.
Presiden Trump kini justru mulai mengalihkan perhatiannya ke Iran, karena musuh bebuyutan AS di Timur Tengah itu dicurigai melanjutkan program nuklirnya lagi.
Laporan bahwa program nuklir dilanjutkan lagi, disampaikan oleh Israel yang dalam kondisi terkini sudah menyatakan siap menggempur instalasi program nuklir Iran kapan saja.
Presiden Trump memang berusaha mencegah Israel untuk menggempur Iran karena ulahnya bisa mengacaukan konsentrasi Trump yang sedang berencana mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Korut.
Untuk itu, Presiden Trump berusaha menekan Iran agar bersedia menghentikan program nuklirnya seperti yang telah dilakukan oleh Korut.
Tapi tampaknya Iran tidak akan menuruti cara Trump dan tetap menekankan tidak ada program nuklir di negaranya.
Di tengah nama Presiden Trump yang sedang naik daun di dunia internasional dan publik AS sendiri, militan ISIS yang selama ini diklaim berhasil ditumpas oleh AS ternyata memanfaatkan moment itu untuk unjuk gigi.
Militan ISIS mengancam akan menyerang New York dan membuatnya jadi karang abang (hancur lebur dan terbakar).
‘Serangan’ ISIS ke New York itu bahkan sudah disimulasikan melalui video animasi dan menampikan pula gambar animasi Presiden Trump yang sedang dihukum penggal kepala oleh militan ISIS.
Ancaman serangan teroris ISIS ke New York yang jelas tidak dianggap main-main oleh militer AS.
Pasalnya pada 11-9-2001, New York pernah diserang teroris dan akibatnya benar-benar jadi karang abang.