Find Us On Social Media :

Cananeia, Tanah Surgawi di Brazil

By Agus Surono, Rabu, 19 Februari 2014 | 09:00 WIB

Cananeia, Tanah Surgawi di Brazil

Kata Viviane dari CI Brasil, minuman yang saya cicipi itu caipirinha, minuman memabukkan khas Brasil. Harusnya dibubuhi es batu dan jerus nipis. Minuman ini dibuat dari Cachacha, hasil peragian air tebu. Bila minum tiga gelas dijamin pinga alias mabuk. Bandingannya mungkin minuman beralkohol "Cap Tikus" yang begitu populer di Sulawesi Utara.

Esok malamnya, kami disuguhi Capoeira, seni bela diri Brasil yang memadukan pertarungan, tari, dan permainan. Saya pernah melihat pertunjukkan ini di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Tentu saja berbeda menyaksikan peragaan seni yang menuntut stamina prima ini di negeri asalnya. Terlebih para pemainnya didominasi kaum Adam, berperut six pack dengan tinggi di atas rata-rata. Wow! Pemandangan yang mampu menambah indah kehangatan malam Cananeia.

Digigit borrachudos

Selain panorama kota tua, Cananeia juga memiliki objek wisata alam menarik. Dua kilometer dari Pantai Pareque dekat terminal feri, Cahoeira das Tocas diramaikan sejumlah air terjun dengan kolam dan seluncuran air. Tarif masuknya setara dengan AS$5, termasuk krim antinyamuk!

Air terjun Cachoeira de Agua Branca, misalnya, terletak di tengah kelebatan rimba, dicapai dari Pantai Veloso di ujung selatan pulau. Jenis hutannya tak jauh beda dari hutan di kawasan wisata alam Sibolangit, Sumatra Utara. Mungkin tempat ini sedikit unggul lantaran memiliki air terjun alami dengan kolam air bening. Beberapa rekan yang telah siap berpakaian renang segera menceburkan diri.

Di dekat air terjun, saya dapat kejutan lagi. Kali ini gigitan borrachudos. Serangga kecil ini amat menyukai darah kita. Bentuknya seperti nyamuk. Ketika menempel di kulit, ia tak mau pergi. Bila didiamkan, kulit kita akan berdarah dan rasa gatalnya takkan hilang selama beberapa hari. Walhasil saya mengikuti simposium dengan tangan tak mau jauh dari kaki. Garuk terus! Ini mengingatkan saya pada pacet, makhluk kecil penghuni hutan tropis Indonesia yang memiliki kebiasaan serupa.

Untunglah gigitan dan gatal-gatal itu terbayar oleh keasyikan berlayar menyusuri Mar de For au Cananeia, selat sepanjang Cananeia dengan Ilha Comprida, pulau yang dicapai 10 menit menyeberang dengan boat. Dengan AS$6 kita diajak menikmati panorama perairan selat yang indah selama satu jam. Inilah lokasi yang tepat untuk menghasilkan gambar-gambar bagus.

Asyiknya lagi, Shannon bilang, bila beruntung kita dapat menyapa keramahan lumba-lumba. Mamalia laut ini biasanya berenang di sekitar laut dangkal. Sayangnya, saat itu kami belum beruntung. Kami justru lebih sering menjumpai nelayan memancing ikan. Kekecewaan itu tertebus di tepian Ilha do Cardoso, tiga jam berperahu atau satu jam berlayar dengan kapal besar dari Pulau Cananeia.

Angela melonjak gembira. Wanita muda asal pegunungan di Cina tak menyangka bakal mendapat kejutan. Di tepi Pantai Ilha do Cardoso, ia berhasil menjumpai mamalia laut yang populasinya kian berkurang: lumba-lumba hidung botol! Ia segera menarik saya mendekati lumba-lumba yang bertingkah bak kucing rumah pemalu. Ada sekitar 10 ekor!

Tak peduli ombak kecil yang menerpa tubuh, kami terus berlari, berusaha menghampiri kawanan lumba-lumba. "Mereka menjauh!" teriak saya pada Angela yang begitu penasaran ingin membelai satwa laut lucu itu. Ia berlari sekuat tenaga mengejarnya. Saya pun hanya dapat menyaksikan dari kejauhan kawanan lumba-lumba yang berenang ke arah laut lepas, Samudera Atlantik. Mungkin kami terlalu bernafsu, jadi mereka takut dan kabur!

Rupanya ketersediaan zat hara yang banyak di pulau ini membuat populasi lumba-lumba tumbuh subur. Pasir putih Ilha do Cardoso memang berhasil memikat beberapa rekan saya untuk bermain air laut. Berbeda dari kebanyakan pantai di dunia, di sini air laut terlihat cokelat. Menurut para peneliti yang tinggal di pulau ini, warna itu menandai adanya pertumbuhan tinggi plankton dan mineral. Pantas saja, kawanan lumba-lumba senang bermain-main di tepian Ilha do Car doso.

Mengunjungi tanah surgawi