Find Us On Social Media :

Telur Tidak Baik untuk Kesehatan?

By K. Tatik Wardayati, Senin, 2 September 2013 | 14:00 WIB

Telur Tidak Baik untuk Kesehatan?

Intisari-Online.com – Sebagian besar penelitian menyimpulkan bahwa telur baik-baik saja, bahkan dapat meningkatkan kesehatan kita. Terutama karena mengandung nutrisi yang sulit ditemukan dalam makanan lain. Sebuah laporan dari Ying Rong dari Huazhong University of Sains and Teknologi yang diterbitkan dalam British Journal of Medicina, mengulas dari 17 penelitian yang berbeda soal telur.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsumsi telur yang tinggi (sampai satu telur per hari) tidak terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner atau stroke. Peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada pasien diabetes dan risiko stroke terkait dengan konsumsi telur yang lebih tinggi. Demikian dilansir oleh Livescience.

Memang, pada beberapa dekade terakhir, dikatakan untuk tidak makan telur karena telur dianggap sebagai penyebab utama kadar kolesterol tinggi, yang dapat meningkatkan kadar LDL, dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Penelitian dari waktu ke waktu tidak menemukan hubungan antara makan telur dan peningkatan penyakit jantung. Penelitian yang meneliti dengan memberi makan sejumlah responden jumlah tertentu kolesterol dan mengukur efeknya pada darah, menunjukkan sedikit peningkatan kolesterol darah, meskipun banyak yang tergantung pada faktor genetik.

Dalam sebutir telur, kandungan kolesterolnya 186 miligram (184 dari kuning telur), sementara lemak jenuhnya relatif rendah (1,6 gram dalam kuning telur).

Pada kebanyakan orang, setiap penurunan 100 miligram kolesterol, orang akan memprediksi penurunan kadar LDL sebesar rata-rata 2,2 poin, jelas Wanda Howell, profesor ilmu gizi di University of Arizona. Pada orang dengan kolesterol tinggi, hanya mengurangi asupan lemak jenuh mereka 4 – 7 persen dari kalori, dapat menyebabkan kadar kolesterol darah menurun.

Orang di Jepang, dengan konsumsi telur terbesar di dunia (rata-rata 328 butir telur dikonsumsi per orang per tahun) memiliki tingkat kolesterol dan penyakit jantung yang rendah, dibandingkan negara maju lainnya. Mengapa? Karena orang Jepang makan dengan asupan rendah lemak jenuh.

Sedangkan yang biasanya terjadi pada kita adalah asupan telur bersamaan dengan makanan tinggi lemak jenuh, seperti daging, sosis, dan roti mentega. Nah, pola makan inilah yang meningkatkan kadar LDL dan membuat efek makan telur menjadi lebih buruk.

Lalu, berapa banyak telur yang bisa kita makan? Tergantung pada sejumlah faktor. The American Heart Association  tidak lagi mencakup batasan jumlah kuning telur yang bisa kita makan, tetapi menyarankan agar kita membatasi asupan kolesterol hingga 300 miligram setiap hari, atau 200 miligram jika memiliki penyakit jantung atau jika LDL lebih besar dari 100. Tapi, ingat, kolesterol bukan hanya berasal dari asupan telur saja, perhatikan apa yang sudah kita makan.

Seimbangkan makanan yang kita makan dengan buah-buahan dan sayuran, serta serat lain. Bila asupan kita sudah tinggi lemak jenuh, rasanya telur memang harus ditinggalkan. Apa gunanya memangkas asupan telur namun kadar kolesterol masih tinggi. Bisa saja, bila asupan lemak jenuh masih tinggi dan tanpa diimbangi dengan asupan serat.