Kepercayaan terhadap Kekautan Gaib yang Melampui Kekuatan Manusia pada Mulanya Lahir di Tengah-tengah Masyarakat yang Bermatapencaharian sebagai

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Begitulah, kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang melampaui kekuatan manusia pada mulanya lahir di tengah-tengah masyarakat yang bermatapencarian sebagai petani, nelayan, dan pengrajin tradisional. Semoga bermanfaat. (Freepik)

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

Intisari-Online.com -Bagaimana kepercayaan terhadap sesuatu yang bersifat nonbendawi alias gaib itu muncul?

Secara garis besar, kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang melampaui kekuatan manusia pada mulanya lahir di tengah-tengah masyarakat yang bermatapencarian sebagai petani, nelayan, dan pengrajin tradisional.

Bagaimana penjelasannya?

Sebagai informasi, kepercayaan terhadap sesuatu, seperti pohon dan batu besar, yang mempunyai kekuatan gaib biasa disebut sebagai dinamisme.

Mengutip Kompas.com, dinamisme berasal dari bahasa Yunani, dunamos yang artinya kekuatan atau daya. Jadi, dinamisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda di sekitar manusia mempunyai kekuatan gaib.

Kekuatan gaib tersebut bisa terdapat di api, batu-batuan, pohon, binatang, bahkan manusia.

Kepercayaan pada zaman prasejarah muncul dari alam pikiran masyarakatnya sendiri. Dengan melihat keberadaan pohon besar hingga gunung, pada akhirnya menimbulkan perasaan takut, kagum, dan hormat.

Campuran perasaan tersebut melahirkan penyembahan kepada benda-benda di alam yang lambat laun membentuk suatu sistem kepercayaan. Kepercayaan Dinamisme kemudian berkembang karena rasa ketergantungan masyarakatnya terhadap kekuatan lain di luar dirinya.

Benda-benda yang diyakini mempunyai kekuatan dianggap mampu memberikan suatu manfaat yang akan membantu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya ataupun mendatangkan marabahaya.

Sebagai hasilnya, manusia purba penganut kepercayaan Dinamisme umumnya menggantungkan hidupnya pada benda-benda seperti api, batu, air, pohon, ataupun binatang.

Unsur-unsur kepercayaan Dinamisme masyarakat prasejarah masih bisa ditemukan di masa sekarang. Seperti contohnya, saat ini sebagian orang masih percaya bahwa batu cincin ataupun jimat lainnya dapat mendatangkan manfaat, mulai dari kekebalan hingga ketampanan.

Contoh lain dapat ditemukan pada sebagian orang Kerinci yang menganggap benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang seperti keris, tombak, pedang, dan batu-batu mustika mempunyai keramat, tuah dan khasiat pengobatan.

Animisme

Berbicara dinamisme rasanya tak lengkap tanpa menyinggung "sejoli"-nya, yaitu animisme. Animisme adalah salah satu sistem kepercayaan primitif yang telah ada sejak zaman prasejarah. Kata ini berasal dari bahasa Latin anima yang artinya nyawa, jiwa, atau roh.

Jadi, animisme adalah kepercayaan bahwa semua yang bergerak dianggap hidup dan memiliki roh yang berwatak baik ataupun buruk.

Mereka yang menganut animisme percaya bahwa setiap benda atau kawasan di muka bumi mempunyai roh yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia. Selain itu, kepercayaan animisme juga memercayai bahwa roh orang yang telah meninggal bisa masuk ke dalam tubuh hewan.

Karena itulahanimisme dapat juga diartikan sebagai kepercayaan manusia terhadap roh leluhur.

Teori animisme pertama kali dikemukakan oleh E.B. Taylor, sarjana aliran evolusionisme Inggris, yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa. Penganutnya percaya bahwa roh dapat memberi manfaat kepada kehidupan manusia serta mampu memberi pertolongan.

Menurut Taylor, manusia purba pada mulanya merasa dihadapkan pada dua persoalan, yaitu perbedaan antara orang hidup dan mati, serta pengalaman dalam mimpi.

Manusia purba kemudian berusaha memahami dan menjelaskan fenomena aneh tersebut melalui pemikirannya. Misalnya, ketika kedatangan kupu-kupu, mereka meyakini bahwa hal itu pertanda akan kedatangan tamu.

Masih menurut Taylor, peradaban dimulai dengan adanya pemikirian animisme, kemudian berkembang menjadi agama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa animisme merupakan cikal-bakal lahirnya agama.

Terdapat dua keyakinan pokok yang terkandung dalam teori animisme, yaitu: Keyakinan adanya jiwa pada setiap makhluk hidup yang dapat terus berada, sekalipun makhluk tersebut sudah mati atau tubuhnya dibinasakan.

Keyakinan adanya banyak roh yang berpangkat-pangkat, dengan para dewa sebagai puncaknya. Masyarakat yang menganut paham animisme meyakini bahwa orang yang telah meninggal dianggap sebagai mahatinggi yang menentukan nasib dan mengontrol perbuatan manusia.

Mereka juga beranggapan roh tersebut dapat merasuk ke dalam benda, yang membuat benda tersebut menjadi sakral atau sakti.

Kepercayaan seperti ini kemudian berkembang menjadi penyembahan kepada roh-roh, dan untuk menghindari kemarahan roh biasanya diadakan ritual tertentu.

Di Indonesia, kepercayaan animisme berakar kuat hingga bertahan sampai saat ini. Sebagai contohnya pada suku Ngaju di Kalimantan, yang menganggap roh nenek moyang sebagai orang yang menjaga kelestarian kampung, sungai, dan sawah, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Sementara Suku Toraja memercayai bahwa roh nenek moyang adalah penjaga serta pelindung, sehingga tanpa restunya hidup akan mengalami musibah dan bencana.

Contoh lain dapat ditemukan pada sebagian masyarakat Jawa yang percaya tentang penghuni laut pantai selatan, yaitu Nyai Roro Kidul. Masyarakat di wilayah pantai selatan Jawa yang percaya Nyai Roro Kidul mempunyai hubungan kerabat dengan Mataram (Yogyakarta) akan memberi sedekah laut agar terhindar dari mara bahaya.

Begitulah,kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang melampaui kekuatan manusia pada mulanya lahir di tengah-tengah masyarakat yang bermatapencarian sebagai petani, nelayan, dan pengrajin tradisional. Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait