Apa Itu Movius Line (Garis Movius) dalam Kajian Prasejarah Indonesia?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Movius Line (Garis Movius) dicetuskan oleh Hallam L. Movius, Jr., adalah sebuah garis imajiner yang memisahkan budaya Paleolitik di Afrika, Eropa, dan India dengan Asia Tenggara dan Asia Timur (Locutus Borg/Wikipedia Commons)

Menurut pakar prasejarah Prof. Truman Simanjuntak, Movius Line (Garis Movius) perlu direvisi mengingat sudah banyak bukti yang ditemukan belakangan yang seolah membantah teori tersebut.

Penulis: Moh Habib Asyhad

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Dalam kajian prasejarah, dikenal sebuah teori yang dikenal sebagai Movius Line atau Garis Movius. Teori ini diformulakan oleh arkeolog Amerika Serikat bernama Hallam L. Movius (1907-1987).

Persoalan Movius Line ini juga sempat disinggung -- walau tidak terlalu panjang -- oleh pakar prasejara Prof Harry Truman Simanjuntak dalam ceramah ilmiahnya saat pembukaan Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia di Novotel Solo, Jawa Tengah, Senin (2/12) kemarin.

Apa itu Movius Line? Apakah ia -- mengutip situs Kebudayaan.kemdikbud.go.id-- kenyataan atau khayalan?

Masih dari situs yang sama, pada 1940-an, Movius mendikotomikan dua budaya Paleolitik Bawah terkait kapak genggang yang berasal dari Kala Plestosen.

Dia bilang, di belahan bumi bagian barat (Eropa, Timur Dekat, dan Peninsula India) berkembang Budaya Acheulean, yaitu budaya kapak genggam dengan teknologi yang canggih. Sementara di belahan bagian timur (Asia Tenggara dan Timur) berkembang budaya kapak perimbas-penetak dengan teknologi yang jauh lebih sederhana.

Keduanya dibatasi oleh garis yang melintang dari India Utara ke arah barat yang kemudian dikenal sebagai Movius Line alias Garis Movius.

Munculnya teori garis imajiner itu bermula pada 1937. Saat itu Movius terlibat dalam Joint American Southeast Asiatic Expedition of Early Man bersama Helmut de Terra dan Teilhard de Chardin. Ini adalah sebuah ekspedisi penelusuran kebudayaan manusia purba di Lembah Irrawaddy, Burma.

Sekitar Maret 1938, atau di akhir ekspedisi, rombongan Movius memutuskan singgah ke Jawa. Koleksi artefak yang ditemukan oleh von Koenigswald sejak 1934 telah mencuri perhatian mereka -- terlebih alat-alat batu yang bisa dijadikan pembanding temuan-temuan mereka di Burma.

Movius dan timnya lalu diajakvon Koenigswald berkeliling menyusurisitus-situs penemuan manusia purba. Mulai dari Sangiran, Pacitan, hingga Mojokerto. Mereka juga singgah di markas von Koenigswald di Bandung.

Yang menjadi pusat perhatian Movius tentu saja serpih-bilah Sangiran dan alat-alat penetak Pacitan koleksivon Koenigswald. Dari situ, Movius lalu membuat pengelompokan alat serpih bilah, tetapi dengan kategorisasi yang lebih detail.

Dia lalu mengelompokkan temuan Sangiran ke dalam empat golongan besar: alat serpih, bilah, serut, dan burin. Tak hanya itu, sudut ketajaman, rasio pemakaian, hingga proses pembuatannya turut diperhatikan oleh Movius.

Dari situ Movius kemudian membuat sebuah kesimpulan yang berbeda dari von Koenigswald. Menurutnya, industri serpih Sangiran (Sangiran Flakes Industry) mestilah berasal dari lapisan Notopuro alih-alih lapisan Kabuh seperti dinyatakan oleh Koenigswald.

Dengan begitu, ia berusia lebih muda dari dugaan semula.

Movies juga membuat kesimpulan lain mengenai perbedaan kompleksitas alat batu di sebelah barat dan timur benua Eurasia. Dia bilang, budaya alat batu yang dihasilkan oleh manusia purba di bagian timur Eurasia memiliki perbedaan mendasar dengan yang dihasilkan teman-temannya di bagian barat Eurasia.

Teori pemisahan dan garis pemisah imajiner itu, kelak, dikenal sebagai Movius Line.

Defenisi

Menurut Fumiko Ikawa-Smith, antropolog dari McGill University dalam papernya berjudul "Movius Line" tayang diResearchgate.net, Movius Line, yang membentang melintasi India bagian utara, "Delineates the area characterized by what Movius called "chopper/chopping-tool culture" from the "hand-axe culture" area to the west."

Seperti disebut di awal, setelah melakukan penelitian di Birma bersama timnya,Movius merasa perlu merumuskan skema tipologi baru untuk menggambarkan artefak dari perkakas-perkakas yang baru saja dia temukan.

Dia mengajukan istilah-istilah berikut dan menekankan bahwa kategori-kategori ini hanya didasarkan pada bentuk dan teknik pembuatan, alih-alih kemungkinan fungsi dari peralatan tersebut.

(a) Chopper: perkakas dengan sisi pemotongan bulat, setengah oval, atau hampir lurus yang dibentuk dengan membuang serpihan pada permukaan atas -- meskipun beberapa terkelupas pada bagian bawahnya.

(b) Alat pemotong: perkakas inti bifasial, biasanya dibuat di atas kerikil, dengan sisi pemotongan berkelok-kelok yang dihasilkan dengan pengelupasan yang bergantian

(c) Kapak tangan: perkakas unifasial berbentuk seperti tabular, dengan sisi pemotongan sedikit membulat atau bahkan runcing, yang membentuk sudut siku-siku dengan sumbu panjang perkakas

(d) Pengikis: versi lebih kecil dari chopper yang dibuat di atas inti atau serpihan.

(e) Kapak tangan-proto: jenis kapak tangan kasar dan runcing atau oval dengan penampang plano-cembung, dikerjakan hanya pada permukaan atas, menyisakan area korteks yang luas di ujung pangkal.

Ketika konsep itu diajukan pada akhir 1940-an,komponen-komponen budaya alat penetak adalah sebagai berikut: Soan (terkadang dieja Sohan) dari Perbukitan Siwalik di anak benua India, Anyathian dari Burma, Tampanian dari Semenanjung Malaya, Patjitanian (sekarang Pacitan) dari Jawa, dan Choukoutienian (sekarang dieja Zhoukoudian) dari Tiongkok Utara.

Seperti yang sering ditekankan Movius, wilayah asal budaya alat-penetak ini berbeda dari wilayah asal budaya kapak genggam di Barat. Wilayah di sebelah timur Garis Movius digambarkan sebagai homogen secara budaya, dengan sedikit perubahan dalam jangka waktu yang lama.

Meskipun sudah diterima secara luas pada 1940an, konsep Movius itu baru pada 1965 diberi nama. Menurut Fumiko, sepertinya penamaan itu berasal dariCarleton S. Coon (1904–1981), dalam buku kontroversialnya tentang ras.

Dalam buku itu dia bilang: "Selama Pleistosen, bagian yang dihuni di Dunia Lama terbagi menjadi dua wilayah arkeologi, satu di barat dan satu di timur, (ditandai) oleh batas geografis yang akan kita sebut Garis Movius (Movius Line), sesuai dengan nama penemunya".

Sejak itu,sebagian besar penulis menyebut garis tersebut sebagai "Garis Movius".

Prof Truman sendiri beranggapan, tentu berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan lebih belakangan, bahwa apa yang disampaikan atau yang diteorikan oleh Movius itu sudah harus direvisi. "Kita juga kapak genggam yang merupakan salah satu ciri khas dari budaya yang disebut sebagai budaya Acheulean (sebagai representasi budaya Paleolitik di Barat) itu," terang Prof Truman.

Artikel Terkait