Find Us On Social Media :

Perjalanan Abel Tasman Dari Batavia Untuk Mencari Benua yang Hilang

By Afif Khoirul M, Selasa, 15 Oktober 2024 | 12:45 WIB

Sang pelaut Belanda Abel Tasman.

Pada tanggal 24 November 1642, setelah berlayar selama dua bulan, mata para pelaut terbelalak takjub. Di kejauhan, tampak siluet daratan yang menjulang tinggi, diselimuti kabut tipis.

Apakah ini Terra Australis yang mereka cari?

Dengan hati berdebar, Tasman mendekati pulau itu, yang kemudian ia beri nama Van Diemen's Land, untuk menghormati Gubernur Jenderal VOC.

Pulau yang kelak dikenal sebagai Tasmania ini, menjadi titik awal penemuan besar Tasman.

Tasman melanjutkan pelayarannya ke arah timur, mengarungi lautan yang belum pernah dijelajahi manusia. Pada tanggal 13 Desember 1642, mereka kembali menemukan daratan baru.

Pulau-pulau yang menjulang tinggi, diselimuti hutan lebat dan dihuni oleh suku Maori yang gagah berani.

Tasman menamai pulau-pulau ini Staten Landt, yang kemudian diubah menjadi Nieuw Zeeland oleh kartografer Belanda. Ia tidak mengetahui bahwa pulau-pulau ini hanyalah sebagian kecil dari benua yang lebih besar, benua yang ia cari.

Pertemuan Tasman dengan suku Maori di Golden Bay diwarnai dengan kesalahpahaman dan tragedi. Sebuah perahu kecil yang membawa pesan dari Heemskerck diserang oleh suku Maori, menewaskan empat awak kapal.

Insiden ini membuat Tasman enggan untuk mendarat dan menjelajahi pulau-pulau tersebut lebih jauh. Ia melanjutkan pelayarannya ke utara, menyusuri pantai barat Nieuw Zeeland, tanpa menyadari betapa dekatnya ia dengan benua yang ia cari.

Pada bulan Januari 1643, Tasman mencapai kepulauan Tonga dan Fiji. Ia menamai kepulauan ini 't Eylandt van Pylstaert dan Prince William's Islands.

Namun, ia tidak mendarat di pulau-pulau ini, karena khawatir akan serangan penduduk asli.

Tasman memutuskan untuk kembali ke Batavia, membawa serta peta dan catatan perjalanan yang berharga.