Find Us On Social Media :

Mengenang 'Cak Moes' Moestopo, Operator Lapangan Pertempuran Surabaya, Disebut Ekstremis oleh Bung Hatta

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 8 Oktober 2024 | 13:06 WIB

Moestopo atau biasa disapa Cak Moes merupakan salah satu tokoh sentral dalam Pertempuran Surabaya (Pertempuran 10 November 1945). Pernah disebut Bung Hatta Ekstremis.

[ARSIP HAI]

Bila berbicara Hari Pahlawan, namanya harus disebut. Peranannya di masa itu berbeda dari Bung Tomo, kemenakannya. Aksi Bung Tomo lebih banyak lewat radio, sementara dia lebih banyak turun ke lapangan mengangkat senjata, menggerakkan anak buahnya melawan penjajah.

Pertama tayang di HAI pada Oktober 1986

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Namanya Moestopo. Pangkatnya Mayor Jenderal purnawirawan.

Belum cukup, setumpuk keahlian dalam ilmu bedah rahang mulut, ahli perawatan gigi, ahli pengawetan gigi, ahli kesehatan gigi masyarakat, ahli gigi palsu, ahli dalam biologi dan gelar Panc yang diartikan seorang pengamal Pancasila. Dia dipanggil Tuhan pada 29 September 1986 lalu dalam usia 73 tahun.

Menjelang 10 November

Mengenang Moestopo memang lebih banyak mengenang peristiwa menjelang pecahnya pertempuran yang menewaskan Brigjen Mallaby yang dikenal dengan peristiwa 10 November 1945 di kota buaya Surabaya.

Saat-saat itu nama Moestopo amat beken, selain karena waktu itu dia telah bergelar dokter (lulus 1937) yang mengajar di sekolah kedokteran gigi Surabaya, Moestopo waktu itu juga sebagai Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) Karesidenan Surabaya yang bermarkas di Tegalsari.

Peristiwa penurunan bendera Belanda di hotel Oranje Surabaya adalah satu contoh keberaniannya. Waktu itu tanggal 19 September 1945, seorang wartawan yang dikenal dengan Pak Petruk melaporkan bahwa di puncak hotel Oranye berkibar bendera merah putih biru.