Find Us On Social Media :

Ketika Inggris Dilinggis Gerilya Urban Arek-arek Suroboyo dalam Pertempuran 10 November 1945

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 8 Oktober 2024 | 09:52 WIB

Meski akhirnya bisa menguasai Surabaya pada Pertempuran 10 November 1945, Inggris benar-benar 'dilinggis' oleh gerilya kota Arek-arek Suroboyo.

Maksud tentara Sekutu itu antara lain mengungsikan tawanan perang dan kaum interniran. Lalu, melucuti dan memulangkan tentara Jepang. Dan akhirnya, memelihara ketertiban dan keamanan umum. Tentara Inggris yang datang itu berasal dari Brigade 49 dengan 6000 prajurit di bawah pimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby. Pasukan ini terdiri atas prajurit Gurkha dari Nepal dan India Utara.

Kedatangan mereka ini bukan saja tanpa sopan santun. Tapi juga melakukan tindakan sepihak, tanpa kompromi dengan pihak Indonesia. Misalnya saja, mereka menduduki penjara Kalisosok dan melepaskan semua tawanan Belanda!

"Mereka juga minta supaya rakyat mengembalikan senjata Jepang. Permintaan dengan nada meremehkan itu membuat kemarahan rakyat. Sehingga pecahlah pertempuran dengan Inggris mulai 28 Oktober," kenang Roeslan Abdulgani.

Inggris barangkali merasa bakal mampu menumpas pemberontakan rakyat - kelompok yang dianggapnya sebagai lapisan ekstrem yang mabuk itu. Ternyata tidak sama sekali. Pasukan mereka semakin terjepit.

Letkol Doulton dalam bukunya The Fighting Cock menulis: Setiap pos Inggris terkepung. Sampai tengah malam tak ada henti-hentinya dengan pertempuran. Rakyat Indonesia tidak memperhitungkan korban-korbannya. When one man fell, another came forward, drunk and half crazed at the sight of blood....

Sedemikian rupa amarah arek-arek Surabaya, hingga pihak Inggris mengharapkan Bung Karno untuk ke Surabaya. Hanya untuk menentramkan rakyat Surabaya. Itu memang terjadi.

"Bung Karno dan Bung Hatta datang untuk membuat perjanjian. Tentara Inggris harus ditarik mundur dari semua gedung. Lantas mereka hanya akan berada di kamp-kamp tawanan perang di Darmo dan Tanjung Perak," kata Cak Roes, sapaan akrab Roeslan.

Perjanjian demi perjanjian yang berupaya melakukan gencatan senjata berkali-kali dilanggar Inggris. Di sisi lain, sekalipun perjanjian telah menghasilkan keputusan, dan Bung Tomo telah menyiarkannya lewat corong radio, toh sulit mengharapkan semua rakyat Surabaya mengetahuinya. Di sejumlah tempat, arek-arek Suroboyo terus menggempur.

MALLABY TEWAS

Sore hari, 30 Oktober adalah hari yang paling menentukan. Peristiwa itu bermula ketika rombongan pimpinan di Surabaya bersama tentara Inggris berada di depan Gedung Internatio. Mobil itu segera dikerubungi rakyat.

Mereka ingin agar pimpinan tentara Inggris, yang ada dalam rombongan, memerintahkan pasukannya yang terkepung dalam gedung untuk menyerah saja. Mereka merasa terancam karena pasukan Inggris bisa menembak membabi buta.