Find Us On Social Media :

Lewat Gigi Menguak Tabir Korban Bom Bali I yang Memilukan Itu

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 7 Oktober 2024 | 09:58 WIB

Identifikasi korban Bom Bali I tidak mudah. Begitu panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi di belakang proses identifikasi 184 kantong jenazah korban?

Pekerjaan itu cukup berat. Ada lebih dari 100 jenazah, padahal pada satu jenazah dilakukan 10 kali pemotretan sinar X. Bisa dibayangkan, radiasi yang diterima oleh dokter gigi yang memeriksa. Tak heran kalau pemeriksaan postmortem tersebut berlangsung sekitar satu minggu.

Gigi, terpercaya

Gigi merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya (sukar dibantah), khususnya bila rekaman data gigi dan rontgen foto gigi atau model cetakan gigi semasa hidup pernah dibuat dan disimpan secara baik dan benar.

Mengapa? Karena gigi adalah bagian terkeras pada tubuh manusia, yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali. Sebagian besar kandungan gigi terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak.

Selain itu gigi terlindung karena berada dalam rongga mulut dan dilingkupi oleh basahnya air liur. Dengan demikian gigi baru menjadi lapuk pada suhu 200°C dan baru menjadi abu pada suhu 450°C.

Menurut penelitian Sims (1972), kemungkinan dua orang identik data gigi dan mulutnya adalah satu dalam dua miliar, sehingga hampir mustahil ada dua orang yang sama kondisi giginya.

Itu karena rata-rata manusia mempunyai 32 gigi dengan bentuk yang jelas, sedangkan masing-masing gigi mempunyai lima permukaan, berarti dalam mulut ada 160 permukaan gigi dengan variasi keadaan mulai dari baik sampai rusak, sisa akar, penambalan, pencabutan, gigi palsu, implant, dll.

Namun, sebagai sarana identifikasi gigi juga memiliki kelemahan. Misalnya, mayoritas masyarakat Indonesia jarang berobat ke dokter gigi. Dokter gigi pun belum tentu melakukan penyimpanan data gigi yang tertata. Akibatnya, ketika diperlukan sebagai pembanding data jika terjadi suatu musibah, tidak dapat diperoleh data gigi yang tepat.

Pada kasus Kuta, sampai minggu ketiga sudah teridentifikasi 120 jenazah yang mayoritas (80%) teridentifikasi melalui data gigi yang lengkap dan baik.

Mereka di antaranya dari Swedia sebanyak lima korban, Denmark tiga korban, Australia 40 korban, Jerman empat korban, Amerika empat korban, Inggris 10 korban, Belanda satu korban, Prancis dua korban, dan Jepang dua korban.

Pengalaman unik kami hadapi dengan para korban dari Australia, beberapa di antaranya pemain rugby. Umumnya anak-anak- muda Australia bergigi bagus karena berhasilnya program pencegahan kerusakan gigi dengan fluoridasi air minum. Lalu apakah kemudian mereka tidak mempunyai cetakan gigi?

Untungnya, para pemain rugby biasanya harus membuat pelindung gigi, maka kami mendapat kiriman model cetakan gigi dari dokter gigi mereka. Dari cetakan itu dibuat cetakan negatif lagi, kemudian cetakan tersebut dipaskan ke jenazah yang diduga. Foto polaroid yang dibuat menunjukkan ketepatan 100%.