Find Us On Social Media :

Lewat Gigi Menguak Tabir Korban Bom Bali I yang Memilukan Itu

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 7 Oktober 2024 | 09:58 WIB

Identifikasi korban Bom Bali I tidak mudah. Begitu panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi di belakang proses identifikasi 184 kantong jenazah korban?

[ARSIP Intisari]

Peristiwa ledakan bom di Sari Club Bar dan Paddy's Cafe di Jl. Legion, Kuta, Bali, 12 Oktober 2002, sangat memilukan orang, baik di Indonesia maupun mancanegara. Belum lagi proses identifikasi para korbannya tidak mudah. Begitu panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi di belakang proses identifikasi 184 kantong jenazah korban?

Penulis: AKBP drg. Peter Sahelangi DFM, Kepala RS Bhayangkara Makassar, anggota tim DVI Mabes Polri, di Makassar

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Minggu, 13 Oktober 2002, pukul 06.30, saya mendapat perintah dari Kapusdokkes Polri Brigjen Pol dr. Bambang Ibnu Suparto agar segera berangkat ke Denpasar dalam kesempatan pertama.

Saya ditugaskan untuk ikut serta dalam proses identifikasi jenazah korban bom di Kuta. Jawaban saya singkat saja, "Siap, Komandan!" Pihak Depkes, melalui Direktur RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar, sangat membantu dalam pengurusan administrasi dan perlengkapan yang diperlukan.

Setiba di Denpasar, kami melihat tim Mabes Polri dipimpin Kombes Pol dr. Edi Saparwoko Sp. JP, MM, DFM (Wakapusdokkes Polri) sebagai Kepala DVI (Disaster Victim Identification) Indonesia. Beberapa di antara mereka telah mendapat pendidikan Disaster Victim identification di Pusdik Reserse Zutphen dan National Forensic Institute Rijswijk, Belanda.

Maka, proses identifikasi dengan standar kerja internasional bukan merupakan barang baru bagi tim ini.

Kapolri selalu menghendaki para anggota Polri bekerja secara profesional dan sesuai standar atau kaidah yang berlaku internasional. Hal tersebut juga berlaku bagi para dokter Polri maupun dokter universitas yang membantu Polri dalam bidang forensik, terutama dalam kasus bom Kuta ini.

Kami segera melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab, sesuai yang berlaku dalam prosedur penatalaksanaan bencana massal internasional (Interpol DV1 Guide/Juklak Interpol). Antara lain, mengkoordinasikan para dokter, mahasiswa, dan relawan.