Penulis
Setelah sekitar 1,5 tahun menjadi sandera, pilot Susi Air Philip Mark akhirnya dibebaskan oleh KKB. Beragam upaya penyelamatan telah dilakukan pemerintah.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Pilot Susi Air, Philip Mark, akhirnya bernapas lega. Pria berkebangsaan Selandia Baru itu akhirnya dibebaskan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)/Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pada Sabtu (21/9).
Setidaknya 1,5 tahun Philip hidup di belantara hutan Papua menjadi sandera KKB, terhitung sejak Februari 2023 lalu.
Philip menjadi sandera KKB pada7 Februari 2023. Mengutip Kompas.com, dia disandera sesaat setelah mendarat bersama lima penumpangnya di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Jika Philip harus masuk hutan, kelima penumpangnya yang menaiki pesawat PK-BVY berhasil dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing.
Selama menjadi sandera KKB, Philipdibawa berpindah-pindah lokasi di wilayah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Mulai dari Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, hingga Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Selama satu setengah tahun, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan terus mencari berbagai cara untuk membebaskan Philip. Pada Juli 2023, pemerintah sempat mempertimbangkan untuk memenuhi permintaan uang tebusan sebesar Rp5 miliar yang diajukan oleh KKB untuk membebaskan Philip.
Permintaan tebusan ini diungkapkan oleh Kepolisian Daerah (Polda) Papua, yang menyatakan bahwa KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta uang tebusan senilai Rp5 miliar sebagai syarat untuk membebaskan Philip.
Kepala Bidang Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, mengatakan bahwa permintaan tersebut akan diproses melalui negosiasi. Namun, upaya pembebasan dengan uang tebusan tidak dilanjutkan, karena Egianus Kogoya kemudian menegaskan tidak pernah meminta tebusan.
Egianus bahkan menyebut pernyataan pejabat kepolisian yang mengatakan demikian sebagai omong kosong. Alhasil, upaya pembebasan Philip kembali tertunda. Panglima TNI saat itu, Laksamana Yudo Margono, menyatakan bahwa TNI menghindari operasi militer dalam upaya pembebasan Philip.
Operasi pembebasan lebih mengedepankan pendekatan persuasif dengan melibatkan pemerintah dan tokoh masyarakat. Meskipun demikian, kritik terhadap pemerintah tetap bermunculan karena tidak ada perkembangan signifikan dalam pembebasan Philip.
Meskipun begitu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa pemerintah tetap berupaya untuk membebaskan Philip. "Kami memang tidak mau berbicara banyak karena upaya-upaya kami tidak bisa kami sampaikan kepada publik," ujar Jokowi dalam konferensi pers di Galeri Nyoman Nuarta, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (12/7/2023).
Tak hanya itu, Jokowi juga menegaskan, berbagai cara telah ditempuh, termasuk upaya-upaya yang tidak dapat diungkapkan ke publik. "Semua sudut, semua jurus kita gunakan agar upaya yang kami lakukan betul-betul menghasilkan sesuatu, tapi tidak bisa saya sampaikan upaya itu, ada upaya bawah tanah, ada upaya atas tanah," tambahnya.
Terkait misi pembebasan Philip, TNI-Polri membentukSatgas Damai Cartenz. Yudo Margono, yang saat itu masih menjabat sebagai Panglima TNI, menyatakan bahwa pasukan khusus tidak pernah dikerahkan dalam operasi tersebut.
Menurutnya, TNI belum merencanakan pengerahan pasukan Komando Operasi Khusus (Koopssus) yang terdiri dari pasukan elite tiga matra, yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL, dan Satbravo 90 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU.
"Pengerahan Koopssus TNI belum direncanakan," ujar Yudo pada 10 Februari 2023. Pasukan organik dari Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cendrawasih dan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III dianggap cukup untuk operasi tersebut, dengan pertimbangan luasnya wilayah dan kondisi geografis.
Jumlah prajurit TNI yang dikerahkan untuk membantu Polri dalam operasi itu pun sesuai dengan kebutuhan normatif.
Selama proses penyelamatan, tim gabungan TNI-Polri pernah nyaris membebaskan Philip setelah mendeteksi lokasi markas KKB pimpinan Egianus Kogoya pada September 2023. Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan, menyebut pihaknya telah menemukan tempat persembunyian KKB dan meminta agar Egianus segera membebaskan Philip.
"Memang benar kami sudah mengetahui posisi Egianus Kogoya. Kami berharap agar Egianus segera membebaskan sandera," ujar Izak, Senin (4/9/2023).
Pada 7 Februari 2024, tepat setahun penyanderaan, KKB mulai melunak dengan mengisyaratkan akan membebaskan Philip demi alasan kemanusiaan. Namun, pada Agustus 2024, upaya pembebasan kembali tertunda setelah terjadi pembunuhan terhadap pilot asal Selandia Baru lainnya, Glen Malcolm Conning, oleh kelompok OPM.
KKB kemudian melarikan diri ke arah Nduga, sehingga operasi pembebasan Philip kembali tertunda.
Titik terang pembebasan Philip muncul pada pertengahan September 2024, ketika OPM merilis proposal pembebasan kepada media. Mereka meminta pemerintah Indonesia maupun Selandia Baru untuk mematuhi skenario pembebasan yang mereka ajukan, dengan dalih demi kemanusiaan.
Pada 21 September 2024, Philip berhasil dibebaskan dan dijemput oleh Tim Satgas Damai Cartenz 2024. Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, memastikan bahwa pembebasan dilakukan tanpa operasi militer, melainkan melalui pendekatan lunak (soft approach) yang melibatkan dialog.
"Kami mengedepankan pendekatan melalui tokoh agama, tokoh adat, dan keluarga dekat Egianus Kogoya," ujar Faizal. Philip kini berada di Jakarta dalam keadaan sehat setelah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Sabtu malam, menggunakan pesawat TNI AU.
Baca Juga: Di Balik Peristiwa Penyanderaan Pilot Susi Air, Mengapa Pemerintah Belum Bisa Membebaskan Sandera?