Find Us On Social Media :

24 Jam Strategi KOSTRAD Melawan Gerombolan Gerakan 30 September 1965

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 18 September 2024 | 12:14 WIB

Mayjen Soeharto saat pemakaman Pahlawan Revolusi, para jenderal Angkatan Darat yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965.

Ketika Pak Harto datang di markas KOSTRAD lewat jam 6.30 pagi, beberapa perwira stafnya telah ada di sana. Dia segera mengadakan pembicaraan dengan mereka. Tetapi mereka itu ternyata tidak tahu sama sekali tentang peristiwa penculikan jenderal-jenderal.

Pak Harto lalu menghubungi Panglima Kodam Jawa, Mayjen Umar Wirahadikusumah, yang segera datang ke markas KOSTRAD.

Pak Umar yang sejak jam 4.30 sudah mengunjungi tempat-tempat terjadinya penculikan serta telah pula melihat keadaan di Istana, dapat menambahkan informasinya. Antara lain tentang tidak adanya Presiden dan kehadiran Brigjen Supardjo yang mencurigakan di Istana.

Dan yang penting lagi adalah bahwa Panglima Kodam Jaya itu telah mengambil tindakan-tindakan yang nantinya akan sangat menolong strategi KOSTRAD: telah mengadakan konsinyering seluruh garnisun ibukota dan telah menutup jalan-jalan yang menuju ke luar kota, terutama yang ke Bandung dan Bogor.

Konsultasi antara perwira-perwira senior di markas KOSTRAD menghasilkan persetujuan bahwa Pak Harto untuk sementara menegang pimpinan Angkatan Darat. Segera Pak Harto mengambil tindakan-tindakan yang luas untuk pengamanan, yaitu dengan menghubungi angkatan-angkatan lainnya.

Dengan Angkatan Laut dan Kepolisian segera terdapat kata sepakat. Kedua angkatan ini kemudian mendapatkan menempatkan perwira-perwira penghubung di markas KOSTRAD. Hanya Angkatan Udara (AURI) tetap sukar dihubungi.

Sementara itu di markas KOSTRAD pimpinan ABRI terus menganalisis situasi, berdasarkan informasi yang sedikit demi sedikit bertambah. Diketahui bahwa Jenderal Nasution lolos; bahwa pasukan di sekitar Medan Merdeka adalah Yon 454 Para dan Yon 530 Para yang didatangkan atas permintaan Presiden untuk memeriahkan Hari Angkatan Bersenjata tanggal 5 Oktober.

Dan akhirnya terdengar siaran resmi G-30-S lewat RRI dan jam 7.20 pagi, yang membuat jelas bahwa hari itu telah terjadi kup.

Berdasarkan data-data ini Jenderal Soeharto lalu menarik analisis baru. Dalam analisis ini, Yon I KK Men Cakrabirawa, Yon 454, serta Yon 530 dimasukkan dalam kategori lawan. Hasil analisis segera diikuti oleh tindakan.

Pak Harto memerintahkan anak buahnya menetralkan kekuatan militer sekitar Medan Merdeka dan Istana, sambil berpegang teguh pada patokan: menguasai kembali suasana tanpa pertumpahan darah. Bagaimana ini harus dilaksanakan?

Rentetan tindakan sampai jam 21.00

Setelah mendapat gambaran tentang situasi, pada 09.00 pagi KOSTRAD mulai mengambil tindakan-tindakan konkret: mengeluarkan perintah kepada Yon 454 Para dan Yon 530 Para agar meninggalkan daerah pertahanan mereka dan menarik diri ke markas KOSTRAD.