Find Us On Social Media :

Meron, Tradisi Maulid Nabi dari Desa Sukolilo yang Berhubungan dengan Keraton Mataram Islam

By Afif Khoirul M, Senin, 16 September 2024 | 09:30 WIB

Meron merupakan tradisi Maulid Nabi dari desa Sukolilo.

Meron: Simbol Ketaatan dan Rasa Syukur

Meron, meskipun digelar secara sederhana, tetap sarat akan makna dan simbolisme. Inti dari perayaan ini adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada sang Rasul.

Salah satu ciri khas Meron adalah adanya gunungan, yaitu tumpeng raksasa yang terbuat dari berbagai jenis makanan tradisional. Gunungan ini melambangkan kemakmuran dan keberkahan yang diharapkan akan senantiasa menyertai masyarakat Sukolilo.

Setelah diarak keliling desa, gunungan kemudian dibagikan kepada seluruh warga sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur.

Selain gunungan, Meron juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian, pembacaan shalawat, dan doa bersama.

Semua kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat, serta mempererat tali silaturahmi antar warga.

Meron: Warisan Budaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Hingga kini, tradisi Meron tetap lestari di Desa Sukolilo. Meskipun zaman telah berubah, dan pengaruh budaya modern semakin kuat, masyarakat Sukolilo tetap setia menjaga warisan leluhur mereka.

Meron bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi identitas dan kebanggaan masyarakat Sukolilo.

Setiap tahun, ketika bulan Rabiul Awal tiba, Desa Sukolilo akan berhias diri menyambut Meron. Jalan-jalan desa akan dipenuhi dengan warna-warni hiasan, sementara warga sibuk mempersiapkan segala keperluan perayaan.

Suasana desa yang biasanya tenang, akan berubah menjadi semarak dan penuh kegembiraan.

Puncak perayaan Meron adalah saat gunungan diarak keliling desa. Ribuan warga akan tumpah ruah ke jalanan, mengikuti arak-arakan dengan penuh antusiasme.