Find Us On Social Media :

Meron, Tradisi Maulid Nabi dari Desa Sukolilo yang Berhubungan dengan Keraton Mataram Islam

By Afif Khoirul M, Senin, 16 September 2024 | 09:30 WIB

Meron merupakan tradisi Maulid Nabi dari desa Sukolilo.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah naungan langit Jawa yang teduh, di mana angin berbisik tentang kisah-kisah masa lalu, terdapat sebuah desa bernama Sukolilo. Di desa yang tenteram ini, setiap tahun, ketika bulan Rabiul Awal tiba, sebuah tradisi unik nan sakral digelar.

Tradisi ini bernama Meron, sebuah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sarat akan makna dan sejarah. Namun, tak hanya sekadar perayaan biasa, Meron menyimpan jejak hubungan yang erat dengan Keraton Mataram Islam, sebuah kerajaan besar yang pernah berjaya di tanah Jawa.

Akar Sejarah Meron: Dari Mataram hingga Sukolilo

Meron, sebagaimana yang diceritakan turun-temurun oleh para sesepuh desa, bukanlah tradisi yang muncul begitu saja. Akar sejarahnya menjulur jauh ke masa lalu, hingga ke era keemasan Keraton Mataram Islam.

Pada masa itu, perayaan Maulid Nabi digelar dengan megah di keraton, sebuah tradisi yang dikenal dengan nama Sekaten. Sekaten bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi ajang unjuk kekuatan dan kekayaan kerajaan.

Namun, ketika Mataram mengalami pergolakan politik dan terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, tradisi Sekaten pun ikut terbawa arus perubahan.

Salah satu pecahan Mataram, yaitu Kadipaten Pati, menjadi tempat berlindung bagi banyak keluarga bangsawan Mataram. Mereka membawa serta budaya dan tradisi mereka, termasuk Sekaten, ke tanah Pati.

Di antara para bangsawan yang hijrah ke Pati, terdapat seorang tokoh penting bernama Ki Ageng Penjawi. Beliau adalah seorang ulama yang sangat dihormati, sekaligus keturunan langsung dari Raja Mataram.

Ki Ageng Penjawi kemudian mendirikan sebuah desa di Pati, yang diberi nama Sukolilo. Di desa inilah, beliau berusaha melestarikan tradisi Sekaten, namun dengan penyesuaian agar sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.

Tradisi Sekaten yang megah dan mewah di keraton, diubah menjadi perayaan yang lebih sederhana namun tetap khidmat. Inilah awal mula tradisi Meron di Sukolilo.