Find Us On Social Media :

Bagaimana Penerapan Pancasila sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 7 September 2024 | 08:29 WIB

Begitulah bagaimana penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada masa awal kemerdekaan? Semoga bermanfaat.

Beginilah bagaimana penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada masa awal kemerdekaan? Semoga bermanfaat.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Sejak awal memang sudah disepakati oleh para pendiri bangsa: Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Tapi bagaimana penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada masa awal kemerdekaan?

Secara garis besar, Pancasila digunakan sebagai dasar negara untuk mengatur pemerintahan atau seluruh administrasi negara. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila telah dijadikan landasan dan fondasi utama bangsa Indonesia.

Usai ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia pada 18 Agusstus 1945, penerapan Pancasila tidak langsung berjalan mulus begitu saja. Di awal kemerdekaan, ia cukup banyak mendapatkan hambatan dan rintangan karena terjadi berbagai aksi pemberontakan.

PKI Madiun 1948

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun terjadi pada 18 September 1948, yang berlangsung selama tiga bulan. Terjadinya pemberontakan PKI Madiun dilatarbelakangi oleh permasalahan yang cukup rumit antara pemerintah dengan golongan sayap kiri.

Peristiwa ini diawali dengan jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin pada 28 Januari 1948, dan dibentuk kabinet baru bernama Kabinet Hatta. Mohammad Hatta membentuk kabinet baru tanpa melibatkan golongan sayap kiri. Hal ini kemudian membuat golongan sayap kiri merasa kecewa dan berniat melakukan pemberontakan.

Situasi kian memanas setelah Musso, tokoh komunis senior Indonesia kembali ke Tanah Air seusai belajar di Uni Soviet. Musso membentuk badan baru yang terdiri dari partai-partai sayap kiri, termasuk PKI.

Mereka kemudian melakukan perjalanan propaganda ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemberontakan PKI Madiun pecah pada 18 September 1948 pukul 03.00 dini hari. Serangan ini menewaskan dua perwira dan empat orang lainnya terluka. Hanya dalam hitungan jam, Madiun berhasil dikuasai oleh golongan sayap kiri yang disebut FDR (Front Demokrasi Rakyat).

Pemberontakan sengit ini terjadi selama tiga bulan. Pada 28 Oktober 1948, akhirnya pemerintah berhasil menangkap 1.500 orang dan Musso ditembak mati pada 31 Oktober 1948, ketika ia sedang bersembunyi di sebuah kamar kecil. Pemberontakan PKI Madiun berhasil dihentikan ketika Amir, Maruto, Djoko, Suripno, dan tokoh-tokoh FDR lain tertangkap pada 19 Desember 1948.

Pemberontakan DI/TII

Setelah PKI Madiun 1948, ada pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan ini berawal dari kekecewaan rakyat Indonesia terhadap pemerintah yang menyetujui perjanjian Renville dengan Belanda.

Dalam perjanjian itu, tentara Indonesia terpaksa mundur dari Jawa Barat ke Jawa Tengah yang disebut sebagai Long March Siliwangi. Baca juga: Taruna Akpol Nekat Lawan Pengasuhnya, Akan Diberi Sanksi Akademik Kondisi ini yang kemudian mendorong Kartosuwiryo ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan berasaskan Islam.

Kartosuwiryo melancarkan gerakan perlawanan yang dikenal sebagai pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949. Tidak disangka, gerakan ini ternyata menular hingga ke beberapa daerah lain. Pemberontakan DI/TII terjadi di empat wilayah lain, yaitu: Jawa Tengah (1949-1950), Sulawesi Selatan (1950-1965), Kalimantan Selatan (1950-1965), dan Aceh (1953-1962).

Pemberontakan APRA

Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah peristiwa kudeta militer yang terjadi di Bandung pada 23 Januari 1950. Aksi kudeta ini dilakukan oleh pasukan Koninklijk Nederlands-Indische Lager (KNIL) yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling.

Latar belakang terjadinya pemberontakan APRA adalah dibubarkannya negara bagian bentukan Belanda yang bergabung kembali ke Republik Indonesia. APRA tidak setuju dengan keputusan ini sehingga memutuskan melancarkan kudeta pada Januari 1950.

Peristiwa pemberontakan APRA menewaskan sebanyak 94 TNI dari Divisi Siliwangi termasuk Letnan Kolonel Lembong. Kendati demikian, pada akhirnya, upaya kudeta yang dilancarkan Westerling mengalami kegagalan.

Westerling pun melarikan diri ke Belanda dan APRA tidak lagi beroperasi pada Februari 1950.

Begitulah bagaimana penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada masa awal kemerdekaan? Semoga bermanfaat.