Find Us On Social Media :

Ketika Paus Benediktus XVI Bertakhta di Tengah Gelombang Umat yang Kecewa

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 5 September 2024 | 14:37 WIB

Naiknya Paus Benediktus XVI setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II memicu kontroversi. Dia dianggap sebagai sosok yang konservatif, kaku.

Alasannya konservatif

Para peziarah tahu, munculnya asap putih pertanda ke-115 kardinal yang mengikuti konklaf (pemilihan Paus) sudah berhasil memilih Paus baru, menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat tanggal 2 April 2005.

Kardinal yang terpilih sebagai Paus pun sudah menyatakan kesediaannya untuk dipilih menjadi Paus. Namun, persoalannya, siapa yang telah dipilih menjadi paus? Tak ada seorang pun yang tahu. Radio Vatikan yang terus-menerus menyiarkan situasi di luar Kapel Sistina juga tidak mengetahui siapa yang telah terpilih menjadi Paus.

Kepastian baru muncul tatkala Kardinal Jorge Medina Estevez dari Chile pukul 18.45 waktu Roma (atau pukul 23.45 WIB) tampil di balkon Basilika Santo Petrus dan memberikan maklumatnya.

"Anuntio vobis, gaudeum magnum; habemus Papam, Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominumjoesphum, Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI."

Pengumuman itu disambut gegap gempita oleh lautan manusia peziarah yang memenuhi Lapangan Santo Petrus, bahkan membeludak hingga ke jalan-jalan di luar Vatikan.

Sorak sorai, tepuk tangan, lambaian bendera dari berbagai negara yang dibawa para peziarah memecah keheningan, sementara sejumlah pastor, frater, dan suster yang juga ikut menunggu pengumuman, masih melanjutkan ucapan syukur dengan doa-doanya.

Terpilihnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus ke-265 dan mengambil nama Benediktus XVI segera memutus rantai teka-teki yang sempat mencuat beberapa saat sebelum konklaf dimulai. Bagi masyarakat Italia, terpilihnya Ratzinger sedikit banyak membuat mereka kecewa.

Sebelumnya, sempat muncul beberapa kardinal dari Italia seperti Kardinal Camilo Ruini (74) dari Italia yang juga Ketua Presidium Konferensi Uskup Italia (CEI), atau Kardinal Maria Martini (70 tahun lebih). Sayang, pilihan jatuh pada Ratzinger yang lahir di Bavaria, 16 April 1927.

Tampilnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus Benediktus XVI sebenarnya sudah mulai terlihat sejak ia ditunjuk sebagai Dekan Kolegium para Kardinal begitu Paus Yohanes Paulus II wafat. Apalagi dengan meninggalnya Paus, segala posisi yang diemban para kardinal di Vatikan, secara formal tidak berfungsi lagi.

Di saat kosong tidak ada Paus, kegiatan sehari-hari kepausan dilakukan oleh Kolegium para Kardinal. Dekan Kolegium Kardinal bertanggung jawab atas segala urusan dan upacara pemakaman Paus yang wafat, serta pelaksanaan pemilihan Paus yang baru (konklaf).

Sejak Paus Yohanes Paulus II wafat, semua mata hampir sudah tertuju pada Ratzinger yang mengatur seluruh jalannya "pemerintahan" Vatikan. Selain itu, pada masa Paus Yohanes Paulus II, Kardinal Ratzinger boleh dikata menjadi tangan kanan dan kepercayaan Paus. Saat itu ia diserahi tugas yang amat berat dan menjadi penjaga gawang untuk bidang iman dan doktrin gereja. Karena tugastugasnya itu, ia sering bersikap "konservatif alias kaku".