Find Us On Social Media :

Selama Setengah Abad Tongkat Pangeran Diponegoro Disimpan Keluarga Jean Chretien Baud di Belanda

By Afif Khoirul M, Senin, 2 September 2024 | 13:06 WIB

Jean Chretien Baud adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang menyimpan tongkat Pangeran Diponegoro.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di antara lembaran-lembaran sejarah yang terlupakan, terdapat satu kisah yang mengikat dua sosok besar dari zaman yang berbeda. Jean Chretien Baud, seorang jenderal Hindia Belanda, dan Pangeran Diponegoro, pahlawan yang berjuang melawan penjajahan.

Namun, benang merah yang menghubungkan mereka bukanlah peperangan, melainkan sebuah tongkat pusaka, saksi bisu dari perjuangan dan perdamaian.

Jean Chretien Baud, lahir di Den Haag pada tahun 1789, adalah sosok yang penuh kontradiksi. Sebagai seorang perwira militer, ia bertugas di Hindia Belanda pada masa yang penuh gejolak.

Perang Jawa, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, mengguncang tanah Jawa dan menguji kesetiaan Baud kepada negaranya. Namun, di balik seragam militernya, terdapat seorang intelektual yang mencintai ilmu pengetahuan dan seni.

Pangeran Diponegoro, lahir dengan nama Raden Mas Ontowiryo, adalah seorang pangeran Jawa yang karismatik dan pemberani. Ia memimpin perlawanan rakyat melawan penjajahan Belanda selama lima tahun, dari 1825 hingga 1830. Perang Jawa adalah salah satu perang terbesar dan terpanjang dalam sejarah Indonesia, yang menelan korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya.

Pada tahun 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Perang Jawa berakhir, tetapi semangat perlawanan rakyat terus berkobar. Tongkat pusaka milik Pangeran Diponegoro, yang dikenal sebagai Kanjeng Kiai Tjokro, menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi rakyat Jawa.

Pada tahun 1833, Jean Chretien Baud diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mewarisi sebuah tanah yang masih terluka oleh perang, tetapi juga penuh potensi.

Baud menerapkan kebijakan yang keras terhadap perlawanan rakyat seperti mendukung sistem tanam paksa, tetapi ia juga berusaha memajukan pendidikan dan ekonomi di Hindia Belanda.

Pada tahun 1834, Baud melakukan kunjungan ke Jawa Tengah. Di sana, ia bertemu dengan Pangeran Notoprojo, cucu dari Nyi Ageng Serang, seorang pemimpin perempuan yang berjuang bersama Pangeran Diponegoro. Pangeran Notoprojo memberikan tongkat pusaka Kanjeng Kiai Tjokro kepada Baud sebagai tanda persahabatan.