Find Us On Social Media :

Sekuat Apa Mitos Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro Milik Pangeran Diponegoro?

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 2 September 2024 | 11:38 WIB

Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro milik Pangeran Diponegoro penuh dengan mitos-mitos. Saja satunya, siapa yang memegang tongka titu akan menjadi pemimpin. Benarkah?

Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro milik Pangeran Diponegoro penuh dengan mitos-mitos. Saja satunya, siapa yang memegang tongka titu akan menjadi pemimpin. Benarkah?

---

Intisari-Online.com - Tongkat Pangeran Diponegoro, tongkat Kanjeng Kiai Tjoko, kembali jadi perbincangan. Hal itu berawal dari video yang dirilis Anies Baswedan bertajuk "Catatan Anies Baswedan Pasca-Pilpres dan Pendaftaran Pilkada 2024" pada Jumat, 30 Agustus 2024.

Dalam video itu tampak Anies Baswedan berbicara tentang rencana-rencananya ke depan sementara di belakangnya ada lukisan Pangeran Diponegoro dan tongkat yang diyakini sebagai replika tongkat Sang Pangeran.

Memangnya apa keistimewaan tongkat itu?

Dinamai tongkat Kanjeng Kiai Tjokro karena pada ujung tongkat sepanjang 153 cm itu terdapat simbol cakra. Selama 179 tahun, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro disimpan oleh keturunan mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Belanda, dan baru diserahkan ke Indonesia pada 2015.

Selain karena sosok pemiliknya, yang menarik dari tongkat tersebut adalah mitos yang menyelimutinya. Peter Carey, sejarawan asal Inggris spesialis Diponegoro asal Inggris, menjelaskan, tongkat Kanjeng Kiai Tjokro diterima Pangeran Diponegoro dari seorang warga pada sekitar 1815.

Baca Juga: Penangkapan Pangeran Diponegoro dan Kisah Lukisan Raden Saleh

Menurut cerita, sebagaimana dilansir Kompas.com, tongkat itu dibuat pada abad ke-16 untuk seorang raja Demak. Tapi tidak diketahui raja yang dimaksud dan siapa yang membuat tongkat ini. Saat terjadi gejolak di Demak yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro jatuh ke tangan rakyat biasa, yang mewariskannya secara turun temurun.

Pada 1815, atau sekitar 10 tahun sebelum meletus Perang Diponegoro (1825-1830), tongkat itu dipersembahkan kepada Pangeran Diponegoro. Dan sejak saat itulah Pangeran Diponegoro membawa Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro dalam setiap perjalanan spiritualnya ke berbagai gua dan tempat keramat di selatan Yogyakarta.

Antara 1825 hingga 1830, Pangeran Diponegoro mengobarkan perang terhadap Belanda, yang kemudian dikenal sebagai Perang Diponegoro atau Perang Jawa. Pada Maret 1830, Perang Jawa usai setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan oleh Belanda.