Ketakutan dan Teror
Pemerintahan Amangkurat I diwarnai oleh suasana ketakutan dan teror. Rakyat hidup dalam bayang-bayang kekejaman sang raja, tidak berani mengkritik atau menentang kebijakannya.
Siapa pun yang dianggap tidak setia atau membangkang akan dihukum berat, bahkan dihukum mati. Amangkurat I membangun sistem mata-mata yang luas untuk mengawasi setiap gerak-gerik rakyatnya.
Ia juga membangun penjara bawah tanah yang mengerikan, tempat para tahanan politik disiksa dan dibiarkan mati perlahan-lahan.
Pembangunan Megah di Tengah Penderitaan
Meskipun dikenal sebagai raja yang kejam, Amangkurat I juga melakukan beberapa pembangunan megah di Mataram. Ia membangun istana baru yang megah di Plered, yang dikenal sebagai "Istana Plered".
Ia juga membangun masjid agung dan memperbaiki sistem irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian. Namun, pembangunan-pembangunan ini dilakukan dengan mengorbankan rakyatnya.
Rakyat dipaksa bekerja keras tanpa upah yang layak, sementara sang raja hidup dalam kemewahan dan kelimpahan.
Pemerintahan Amangkurat I berakhir dengan tragis pada tahun 1677. Ia meninggal dunia karena sakit keras, meninggalkan warisan kelam bagi Kesultanan Mataram. Kematiannya disambut dengan kelegaan oleh rakyatnya, yang akhirnya terbebas dari belenggu ketakutan dan teror.
Namun, luka yang ditinggalkannya tidak mudah hilang. Nama Amangkurat I tetap terpatri dalam sejarah sebagai simbol kekejaman dan kesewenang-wenangan seorang penguasa.
Renungan dari Masa Lalu
Kisah Amangkurat I adalah pengingat bagi kita semua tentang bahaya kekuasaan yang absolut dan ambisi yang tak terkendali. Seorang pemimpin yang baik seharusnya mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, bukan mengejar kepentingan pribadi atau mempertahankan kekuasaan dengan cara-cara yang tidak manusiawi.