Find Us On Social Media :

Sosok Raja Jawa Ini Halalkan Segala Cara Demi Langgengkan Kekuasaan

By Afif Khoirul M, Sabtu, 24 Agustus 2024 | 14:15 WIB

Amangkurat I.Tentara Belanda diizinkan mendirikan benteng di Kerajaan Mataram pada masa raja ini yang sohor akan kezalimannya ini memimpin. Dampaknya sangat buruk.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah naungan langit Mataram yang agung, terukir kisah seorang raja yang namanya terpatri dalam sejarah dengan tinta darah dan air mata.

Amangkurat I, penguasa yang bertahta di atas singgasana Kesultanan Mataram, dikenal sebagai sosok yang paling kejam dan kontroversial yang pernah memimpin kerajaan tersebut.

Di balik kemegahan istana dan gelar kebesarannya, tersembunyi sisi gelap yang dipenuhi oleh ambisi tak terkendali, paranoia, dan tindakan-tindakan brutal yang tak terbayangkan.

Amangkurat I, yang bernama asli Raden Mas Sayidin, naik tahta pada tahun 1646 setelah kematian ayahnya, Sultan Agung. Di awal pemerintahannya, ia menunjukkan potensi sebagai pemimpin yang bijaksana dan cakap.

Namun, seiring berjalannya waktu, ambisi dan ketakutan akan kehilangan kekuasaan mulai menggerogoti nuraninya. Ia menjadi paranoid dan curiga terhadap siapa pun yang dianggapnya sebagai ancaman, termasuk saudara-saudaranya sendiri dan para ulama yang berpengaruh.

Salah satu tindakan paling kejam yang dilakukan Amangkurat I adalah pembunuhan terhadap adiknya sendiri, Pangeran Alit, yang dituduh berkomplot untuk menggulingkannya. Pangeran Alit, yang dikenal sebagai sosok yang saleh dan dicintai rakyat, dieksekusi dengan cara yang sangat brutal.

Peristiwa ini menandai awal dari serangkaian tindakan kejam yang akan dilakukan Amangkurat I selama masa pemerintahannya. Cuma demi langgengkan kekuasaannya.

Pembantaian Para Ulama

Puncak kekejaman Amangkurat I terjadi pada tahun 1648, ketika ia memerintahkan pembantaian massal terhadap ribuan ulama yang dituduh melakukan pemberontakan. Para ulama, yang selama ini menjadi penasihat spiritual dan pembimbing moral bagi masyarakat, dibunuh dengan cara yang sangat sadis.

Peristiwa ini dikenal sebagai "Geger Pecinan" karena banyak ulama yang dibantai di daerah Pecinan, Batavia. Pembantaian ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Mataram dan mencoreng nama Amangkurat I sebagai seorang raja yang zalim.