Find Us On Social Media :

Demonstrasi Tritura 1966, Ketika Mahasiswa Mendesak Presiden Soekarno

By Afif Khoirul M, Jumat, 23 Agustus 2024 | 14:30 WIB

Unjuk rasa Tritura pada tahun 1966. Apa yang mendorong mahasiswa pada 1966 untuk meprotes pemerintah? Artikel ini akan sebutkan dua alasan mengapa mahasiswa saat 1966 bergerak memprotes pemerintah.

Demonstrasi Tritura bukanlah sekadar unjuk rasa biasa. Ia adalah puncak dari akumulasi ketidakpuasan rakyat terhadap kondisi negara yang semakin memburuk. Mahasiswa, dengan idealisme dan keberaniannya, menjadi corong suara rakyat yang tak lagi bisa dibungkam.

Di balik layar, para pemimpin mahasiswa seperti Soe Hok Gie, Arief Budiman, dan Cosmas Batubara, bekerja tanpa lelah menggalang dukungan dan menyusun strategi perjuangan. Mereka adalah generasi muda yang terdidik, yang menyadari bahwa masa depan bangsa ada di tangan mereka.

Tekanan terhadap Soekarno semakin meningkat. Demonstrasi Tritura berlangsung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Mahasiswa tak kenal lelah, terus mendesak Soekarno untuk memenuhi tuntutan mereka. Mereka menggelar aksi duduk, berorasi, dan bahkan melakukan mogok makan.

Puncaknya, pada 11 Maret 1966, Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang memberikan wewenang kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu guna memulihkan keamanan dan ketertiban. Supersemar menjadi titik balik sejarah Indonesia, menandai awal dari era Orde Baru.

Demonstrasi Tritura telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mahasiswa, dengan keberanian dan idealismenya, berhasil mendesak Presiden Soekarno untuk melakukan perubahan yang signifikan. Mereka membuktikan bahwa suara rakyat, meskipun datang dari generasi muda, tetap memiliki kekuatan yang tak bisa diabaikan.

Namun, sejarah juga mencatat bahwa perjuangan mahasiswa tidak selalu berjalan mulus. Banyak di antara mereka yang ditangkap, dipenjara, bahkan dibunuh oleh rezim Orde Baru yang mereka bantu lahirkan. Soe Hok Gie, salah satu ikon perjuangan mahasiswa, meninggal secara misterius di Gunung Semeru pada tahun 1969, meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab hingga kini.

Demonstrasi Tritura 1966 adalah pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk keadilan dan demokrasi adalah sebuah proses yang panjang dan penuh tantangan. Ia membutuhkan keberanian, idealisme, dan pengorbanan dari generasi muda yang peduli terhadap masa depan bangsanya.

Semoga, semangat perjuangan mahasiswa Tritura tetap menyala dalam dada setiap generasi penerus bangsa. Semoga mereka terus berani menyuarakan kebenaran, meskipun harus menghadapi risiko dan tantangan. Karena hanya dengan begitu, Indonesia bisa terus bergerak maju, menuju cita-cita luhur para pendiri bangsa.

Demonstrasi Tritura 1966 adalah sebuah kisah heroik tentang perjuangan mahasiswa yang tak kenal menyerah.

Ia adalah bukti nyata bahwa suara rakyat, meskipun datang dari generasi muda, tetap memiliki kekuatan yang tak bisa diabaikan. Ia adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang demi keadilan dan demokrasi, demi Indonesia yang lebih baik.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---