Find Us On Social Media :

Bung Hatta Menggugat Rengasdengklok: Di Sana Kami Tidak Ngapa-ngapain

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 2 Agustus 2024 | 14:16 WIB

Dalam cacatatannya, Bung Hatta menyayangkan gerakan para pemuda dalam Peristiwa Rengasdengklok. Bahkan menyebut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telat sehari gara-gara peristiwa itu.

Tulisan itu terutama sekali menyoroti halaman 90 buku karangan Muhammad Dimyati yang dijadikan acuan tulisan tersebut tentang bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok.

Satu dari banyak versi kisah "penculikan" yang termuat dalam buku itu antara lain mengungkapkan:

"Pada tanggal 16 Agustus djam 4.30 pagi berangkatlah Bung Karno-Hatta keluar dari kota Djakarta, dengan mobil, diantarkan oleh Sukarni dan 3 Kunto menudju ke tangsi Rengasdengklok, karena dikuatirkan kedua pemimpin itu akan diperalatkan oleh Djepang kalau tetap tinggal dirumahnja. Tangsi Peta Rengasdengklok pada waktu itu sudah dikuasai oleh pemuda-pemuda Indonesia jang akan memberontak kepada Djepang. Disana diadakan perundingan untuk segera memproklamirkan Indonesia Merdeka. Karena belum tertjapai kata sepakat dan kebulatan tekad, kemudian pada malam tanggal 17 Agustus djam 12 perundingan diteruskan disebuah gedung di Nassauboulevard-straat kota Djakarta. Disitulah berkumpul segenap pemimpin-pemimpin Indonesia dan anggota panitia persiapan kemerdekaan Indonesia jang tadinja dilantik oleh Djepang tapi sedjak waktu itu Sukarni menjorongkan teks Proklamasi Indonesia Merdeka dimana dibawahnya memakai kalimat: 'Bahwa dengan ini rakjat Indonesia menjatakan kemerdekaannja. Segala badan-badan jang ada harus direbut dari orang asing jang masih mempertahankannja."'

Susunan kalimat serupa itu tidak mendapat persetujuan dari hadirin dan minta diubah yang agak halus. Akhirnya Sajuti Melik (MI Sajuti) dapat memecahkan kesulitan itu dengan mengemukakan susunan:

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lainnja diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja".

Menurut Bung Hatta, di sini "dongeng" telah berubah. Soekarno dan Hatta yang dilarikan ke Rengasdengklok "karena" dikhawatirkan kedua pemimpin itu akan diperalat oleh Jepang kalau tetap tinggal di rumahnya, dibawa kembali ke Jakarta untuk meneruskan perundingan yang tidak selesai di Rengasdengklok.

Dalam uraian yang beberapa kalimat saja; begitu selanjutnya Bung Hatta menulis, sudah ada jalan pikiran yang bertentangan. Dikhawatirkan kedua pemimpin akan diperalat oleh Jepang, tetapi mereka dibawa kembali ke Jakarta.

Dalam legenda baru ini muncul Sajuti Melik sebagai seorang yang memberikan kata penghabisan tentang isi proklamasi. Menurut Bung Hatta, dokumen yang asli membuktikan bahwa proklamasi itu ditulis oleh Bung Karno sendiri, sedangkan patokan kalimatnya dan gaya bahasanya sama sekali tak sesuai dengan stijl Sajuti Melik.

Sebelum jagung berbunga

Tampil dengan judul tulisan "Legenda dan Realitat Sekitar Proklamasi 17 Agustus", Bung Hatta mengungkapkan awal pengalamannya tatkala bersama-sama dengan Bung Karno dan Dr. Radjiman Wedjodiningrat diundang ke Dalat (Indocina) oleh Panglima Tertinggi Tentara Jepang di Asia Tenggara Jenderal Terautji untuk menerima putusan pemerintah Jepang tentang Indonesia Merdeka.

Dalam pertemuan resmi tanggal 12 Agustus itu, Jenderal Terautji berkata, "Terserah kepada Tuan-tuan akan menetapkan kapan Indonesia akan merdeka."

Waktu kembali, di Singapura, ketiga utusan tersebut secara kebetulan bertemu dengan Mr. Teuku Hasan, Dr. Amir, dan Mr. Abbas yang semuanya adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari Sumatra.