Find Us On Social Media :

Bagaimana Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme?

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 31 Juli 2024 | 11:57 WIB

Artikel ini akan membahas garis besar bagaimana perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Semoga bermanfaat.

Melalui tipu muslihat, orang Portugis berhasil membunuh Sultan Khairun dalam suatu perundingan. Meskipun demikian, perlawanan rakyat Ternate terus berlanjut di bawah pimpinan Sultan Baabullah penerus takhta Ternate pada tanggal 28 Desember 1577.

Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari negerinya.

Sultan Agung melawan VOC

Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngabdurrahman (1613-1645) memiliki cita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah kendali Mataram dan mengusir VOC dari Jawa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Sultan Agung bermaksud membendung usaha-usaha VOC menjalankan penetrasi politik dan monopoli perdagangan.

Salah satu upayanya adalah menghancurkan loji VOC di Jepara pada tanggal 18 Agustus 1618. Pihak VOC membalas dengan menghantam pertahanan Mataram di Jepara. Sejak itu, sering terjadi pertempuran di antara keduanya.

Sultan Agung juga bermaksud mengusir VOC dari Batavia. Untuk itu dilakukan serangan besar-besaran terhadap Batavia. Namun, sayang serangan tersebut mengalami kegagalan. Sultan Agung wafat pada 1645 dan sepeninggalnya pengaruh VOC mulai masuk Mataram.

Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC

Keinginan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan lada menjadi sumber konflik antara Banten dan VOC. Puncak konflik terjadi ketika Kesultanan Banten dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1684).

Perlawanan terhadap VOC mereda setelah terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji (Pangeran Abu Nashar Abdul Qahar). Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh VOC untuk melancarkan taktik devide et impera. VOC membantu Sultan Haji dan berhasil menangkap Sultan Ageng.

Sultan Haji diangkat oleh VOC sebagai penguasa Banten dengan menandatangani konsensi yang merugikan Banten.

Sultan Hasanuddin melawan VOC

Peperangan pertama antara VOC dan Kerajaan Makassar dipicu oleh Peristiwa Enkhuizen. Peristiwa itu diawali ketika Kerajaan Makassar menolak permintaan monopoli oleh VOC. Akibatnya, VOC menawan beberapa bangsawan Makassar di Kapal Enkhuizen. Walaupun kemudian para bang sawan tersebut dilepaskan.

Mulai saat itu bibit permusuhan muncul di kalangan bangsawan dan rakyat Makassar. Buktinya pada tanggal 10 Desember 1616 ketika kapal VOC De Eendracht merapat di Pelabuhan Somba Opu, awak kapalnya dibunuh oleh orang-orang Makassar.

Konflik sempat mereda, tetapi akhirnya membesar di kala Makassar dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Perang besar VOC melawan Kerajaan Makassar dikenal sebagai "Perang Makassar" yang berlangsung pada kurun waktu 1660-1669. Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Makassar dengan daya juang yang tinggi.

Bahkan orang orang VOC menyebutnya De Haantjes van Het Oosten atau "Ayam Jantan dari Timur".

VOC dengan dibantu Aru Palaka petinggi Kerajaan Bone dan beberapa petinggi Kerajaan Makassar yang berkhianat, akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Sultan Hasanuddin. Akibat kekalahan tersebut, Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.

Itulah artikel tentang bagaimana perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Semoga bermanfaat.